BACAKORAN.CO – Salah satu ikhtiar mencari nafkah untuk keluarga yang halal yang di sunnahkan dalam agama Islam adalah berdagang. Tidak dijelaskan secara spesifik dagangan apa yang paling dianjurkan.
Agar lebih barokah, berdagang harus di mulai dengan niat dan doa kepada Allah Swt. Selain itu, seorang pedagang juga harus jujur dan tidak mengambil keuntungan terlalu besar dari dagangannya.
Seorang pedagang juga dituntut untuk tidak meninggalkan ibadah wajib seperti sholat dan puasa ramadan saat tengah berdagang.
Hanya saja, adakalanya dalam berdagang terjadi persaingan yang tidak sehat. Pedagang yang tidak mempunyai iman akan iri, dengki dan hasud melihat pedagang lainnya yang dagangannya ramai pembeli.
BACA JUGA:Marak Dukun di Eropa! Universitas Exeter Buka Jurusan Ilmu Sihir dan Gaib
Sehingga dia akan melakukan berbagai cara agar dagangan orang lain tidak laku atau tidak ada yang membeli.
Persaingan ini terkadang melibatkan dukun yang bersekutu dengan jin kafir dan setan. Makhluk yang tak tampak oleh mata itu bisa merusak usaha orang lain.
Ustadz Abul Somad mengajarkan doa berdagang seperti yang menurutnya sepeti diajarkan Habib Umar bin Hafidz.
“Kata Habib Umar, masuk di tempat dagangan itu, maka baca Alfatihah sekali, Qulhuwallah (Al Ikhlas) tiga kali, Qul a’uzubirabbil falaq (Al falaq) sekali, Qula’uzubirobbinnas (An Nas) sekali, Ayat Kursi sekali,”katanya.
“Pas masuk pagi di warung itu, kalau dia bisnis jualan, jual lontong sayur kek, punya supermarket barang dagangan, mana tahu disantet orang,”ujarnya.
Di lain kesempatan Ustad Abdul Somad juga menegaskan bahwa tidak ada rezeki yang tertukar. Karena menurutnya semua sudah ada ketetapan.
Allah SWT berfirman, اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ ٤٩
Innā kulla syai'in khalaqnāhu biqadar(in).
Artinya: "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukuran."
“Jadi kalau ada orang yang ragu tentang rezekinya, sesungguhnya dia yang salah. Itu bukan masalah akhlaknya tapi masalah akidahnya karena masalah rezeki ini adalah masalah keyakinan masalah akidah masalah ketetapan yang sudah ditetapkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala,”jelasnya. (*)