BACAKORAN.CO - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah 0,38 persen pada perdagangan Rabu (1/11/2023) siang.
Pada pukul 13.05 WIB, rupiah ada di posisi Rp15.914 per US$. Makin mendekati Rp16.000 per US$.
Pelemahan rupiah ini disebabkan perkembangan terbaru perekonomian AS.
Pasar menunggu event penting, yakni pengumuman kebijakan moneter The Fed atau Bank Sentral AS.
BACA JUGA:Waspada! Rupiah Terus Melemah Bisa Tembus Rp 16 ribu per Dolar AS, Berikut Dampak Terjadi?
Diantaranya, data tenaga kerja meningkat menjadi sinyal inflasi masih tetap tinggi.
Hal ini memperkuat keyakinan suku bunga acuan AS akan naik lagi pada November atau Desember 2023.
Diketahui, pada pertemuan September lalu, The Fed memutuskan menahan suku bunga di level 5,25-5,50%.
Namun, The Fed tetap memberi sinyal adanya kenaikan sekali lagi pada tahun ini.
BACA JUGA:Harga Tembus Rp 1.014.000 per Gram, Data Harga Emas Hari Ini
"Diduga the Fed akan memberikan tone yang hawkish," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto.
Penyebab lain terjadinya pelemahan rupiah adalah Tiongkok.
Biro Statistik Nasional Tiongkok (NBS) telah mengumumkan data PMI Manufaktur untuk Oktober pagi tadi.
Pelaku pasar menganggap data ini cukup penting untuk menentukan bagaimana kondisi manufaktur Tiongkok di tengah masih lesunya perekonomian Tiongkok.
Namun secara tak terduga, ternyara PMI Manufaktur Tiongkok turun menjadi 49,5 pada Oktober 2023 dari 50,2 pada September.
BACA JUGA:Update Harga Emas, Naik Rp 2 Ribu per Gram, Berikut Daftar Lengkapnya
Meleset dari perkiraan pasar sebesar 50,2 karena peningkatan pengeluaran (output) yang lebih lambat.
Kemudian Bank of Japan (BoJ) pada 31 Oktober 2023 telah merilis data suku bunganya yang kembali ditahan di angka minus 0,1 persen sejak 2016 atau sekitar tujuh tahun terakhir.
Hasil ini juga menunjukkan bahwa ekspektasi sebagian pelaku pasar yang mengharapkan BoJ mengakhiri suku bunga ultra rendahnya serta Yield Curve Control (YCC) pada akhir 2024 adalah salah.
Langkah tersebut dilakukan untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi Jepang.
BACA JUGA:Mata Uang Termahal! Perjalanan Nilai Tukar, Faktor-Faktor Pengaruh?
Atas situasi tersebut, indeks dolar AS kembali alami penguatan.
Namun, Edi memastikan, pelemahan rupiah masih terkendali.
Baik secara harian maupun dibandingkan sejak akhir tahun lalu atau year to date (ytd).
Lebih baik dibandingkan dengan negara tetangga.
BACA JUGA:Mengenal Bitcoin, Mata Uang Digital , Tips Berinvestasi dan Sumber Cuan
"Pelemahan rupiah masih relatif terkendali,” ucapnya.
Dimana Thailand Baht dan Korean Won melemah lebih tajam dari rupiah.
Menurutnya, BI akan selalu berada di pasar, memonitor perkembangan nilai tukar, termasuk melakukan intervensi jika dibutuhkan.
Rupiah akan dijaga sesuai dengan level fundamental.