"Meski sulit, tapi kami tetap berusaha menciptakan beberapa kesempatan untuk menyamakan kedudukan. Tapi sayang, kami tidak bisa melakukan yang terbaik," terang Coulibaly.
"Saya sendiri juga telah memberikan masukan kepada pemain saat jeda minum, dan berharap mereka bisa lebih menikmati permainan. Jadi saya pikir kami hanya tidak beruntung kali ini," tukasnya.
Pemain Mali U-17 saat dikepung pemain Prancis di Stadion Manahan Solo.-loc wcu17-
Jelas Coulibaly, jika pemainnya tidak berkurang, hasil akhir akan berbeda. Buktinya, mereka dengan kekuatan yang berimbang bisa mencetak gol lebih dulu.
Karena itu, meski kalah dan gagal untuk kali pertama menatap final, dia mengaku timnya cukup gembira dengan hasil ini. Secara keseluruhan dia menilai timnya bermain cukup baik.
Dari Prancis, Pelatih Prancis Jean Luc Vannuchi mengatakan bahwa laga melawan Mali ini adalah pertandingan yang ketat dan itu sudah diperkirakannya.
"Kami bermain intensif, bermain dengan baik. Memainkan serangan dari belakang di babak pertama, dan kemudian bertahan untuk menyerang. Kami pun memenangkannya dan saya sangat puas dengan performa para pemain," ujarnya.
Pemain Prancis suka cita usai lolos final Piaal Dunia U-17.-loc wcu17-
"Saat kami kebobolan, rasanya sangat sulit. Tapi kami tetap optimistis karena saat melawan Spanyol kami juga tertinggal lebih dahulu. Jadi ini ibarat ulangan, dan semua yang kami persiapan dalam latihan sesuai dengan yang kami perkirakan. Kami tidak khawatir. Karena kami hanya mengubah satu pemain di sayap untuk mengubah kecepatan dan lihat bagaimana kami bereaksi tadi," terang Vannuchi.
Bagi Prancis, ini adalah final pertamanya di Piala Dunia U-17. Sebelumnya pencapaian terbaik mereka adalah semifinalis di edisi 2019. Laga melawan Jerman di final nanti, akan menjadi final ulangan kejuaraan Eropa U-17 UEFA pada Juni 2023. (*)