BACAKORAN.CO – Pelemahan mata uang rupiah terus berlanjut.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,25 persen atau 39,5 poin ke posisi Rp15.660 per USD.
Sebaliknya indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat 0,09 persen ke posisi 103,95.
Adapun mata uang kawasan Asia komplak takluk terhadap dolar Amerika Serika (AS) jelang putusan Bank Sentral AS alias The Fed soal suku bunga.
BACA JUGA:Data Ekonomi AS dan China Bikin Rupiah dan Mata Uang di Asia Terkapar
Tercatat, yen Jepang anjlok 0,25 persen, dolar Hongkong melemah 0,03 persen, dolar Singapura amblas 0,22 persen, dan dolar Taiwan tergerus 0,18 persen.
Selanjutnya, won Korea turun 0,47 persen, peso Filipina amblas 0,83 persen, yuan China turun 0,10 persen, ringgit Malaysia terpersok 0,50 persen, dan baht Thailand turun 0,30 persen.
Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, pelaku pasar tetap yakin bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga.
Namun, pasar tenaga kerja yang kuat dan angka inflasi yang tak stabil memunculkan ketidakpastian mengenai prospek bank sentral AS pada 2024.
BACA JUGA:Prediksi Pergerakan Rupiah Awal Pekan, 2 Faktor Ini Jadi Penentu
Nonfarm payrolls meningkat lebih dari perkiraan pada bulan November, terang Ibrahim, sementara inflasi konsumen naik dan tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen.
Nah, setiap sinyal hawkish dari The Fed potensi memicu penurunan tajam aset-aset yang didorong oleh risiko, yang telah meningkat tajam selama sebulan terakhir di tengah optimisme terhadap poros The Fed.
Harga dana berjangka Fed menunjukkan peluang 43 persen penurunan suku bunga pada Maret, turun tajam dari 60 persen yang diperkirakan.
Dari sentimen domestik, pasar terus memantau komentar-komentar dari para ekonom, yang terus memberikan komentar positif tentang pertumbuhan ekonomi di tahun 2024.
BACA JUGA:Investor Ragu The Fed Pangkas Suku Bunga, Rupiah Merana
Sedangkan pertumbuhan ekonomi RI diprediksi lebih lambat pada tahun politik 2024, akan berada di kisaran 4,9 - 5persen dibandingkan tahun 2023 yang diprediksi 5 persen.
Salah satu penyebabnya karena tahun depan ada Pemilu yang membuat semua pihak berhati-hati hingga berbagai kondisi negara maju yang masih mengalami kontraksi.
Inflasi umum diprediksi turun pada 2024 di angka 2,5 – 3 persen.