Namun, sebenarnya keadaan darurat ini dapat mengganggu fungsi neokorteks, bagian otak yang bertanggung jawab untuk berpikir rasional.
Neokorteks membutuhkan waktu untuk memahami sepenuhnya situasi dan memutuskan tindakan yang tepat.
Namun, dalam keadaan stres, amigdala dapat mengambil alih dan bereaksi lebih cepat daripada neokorteks.
Akibatnya, kita seringkali tidak mampu melihat peristiwa dengan jernih dan cenderung mengambil keputusan yang irasional.
Salah satu penemuan menarik tentang otak adalah bahwa amigdala memiliki posisi istimewa sebagai penjaga emosi dan mampu membajak otak.
Ketika sinyal-sinyal indra dari mata atau telinga mencapai otak, mereka pertama kali melewati sinaps yang menuju ke amigdala.
Selain itu, ada percabangan lain yang mengarah ke neokorteks. Hal ini memungkinkan amigdala untuk memberikan respons lebih cepat daripada neokorteks.
BACA JUGA:Menangis: Bukan Hanya Ungkapan Emosi, tapi Juga Detoksifikasi Tubuh dan Pembantu Pulih dari Duka
Dalam keadaan stres, pembajakan emosi dapat membuat kita merasa terjebak dalam respons emosional yang kuat.
Kita mungkin merasa cemas, takut, marah, atau bahkan terlalu bahagia.
Respons emosional ini dapat memengaruhi kemampuan kita untuk berpikir secara rasional dan mengambil keputusan yang baik.
Untuk mengatasi pembajakan emosi pada otak saat stres, penting bagi kita untuk mengembangkan strategi pengelolaan stres yang efektif.
Dengan melakukan Olahraga, meditasi, dan tidur yang cukup dapat membantu meredakan stres dan meningkatkan kemampuan berpikir secara rasional.
Selain itu, penting juga bagi kita untuk mengidentifikasi dan mengelola faktor-faktor pemicu stres dalam kehidupan kita.
Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, kemampuan untuk berpikir rasional adalah kunci untuk mengatasi stres dan mengambil keputusan yang baik.
BACA JUGA:Saat Suasana Hati Buruk, Ini Triknya Agar Tidak Emosi