BACAKORAN.CO - Tom Lembong, yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), merasa bahwa strategi yang dijalankan pemerintah saat itu tidak sepenuhnya berhasil dalam membenahi ekonomi Indonesia.
Menurut Tom Lembong, salah satu indikator kegagalan strategi tersebut adalah kondisi kelas menengah di Indonesia yang tidak mengalami perkembangan signifikan dalam 10 tahun terakhir.
Hal ini terlihat dari penurunan penjualan sepeda motor dan mobil, yang merupakan indikator penting dari daya beli kelas menengah.
BACA JUGA:Bank Dunia Beda Pandangan dengan BI tentang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2024, Begini Penjelasannya!
Tom Lembong juga menyoroti bahwa aliran investasi yang lebih berfokus ke industri padat modal bukan padat karya telah membuat hanya sekitar 20% hasil investasi yang masuk ke Indonesia bisa dinikmati masyarakat.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang kini berada di kisaran angka 5% tidak sepenuhnya memberikan manfaat bagi masyarakat.
Namun, meski mengungkapkan rasa penyesalan dan kekhawatiran, Tom Lembong tetap menunjukkan optimisme terhadap masa depan ekonomi Indonesia.
Dia berharap bahwa pengalaman dan refleksi ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk masa depan yang lebih baik.
BACA JUGA:Tidak Ada Satu Pun di Pulau Jawa! Ini 10 Besar Provinsi Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Menyesal Pernah Jadi Bagian dari Pemerintah
Thomas Lembong, yang dikenal sebagai Tom Lembong, mengungkapkan rasa penyesalan yang mendalam atas masa jabatannya dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Tom Lembong, yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), merasa bahwa strategi yang dijalankan pemerintah saat itu tidak sepenuhnya berhasil dalam membenahi ekonomi Indonesia.
“Di saat-saat kita menjalankan strategi yang menurut data yang saya lihat, rada-rada tidak berhasil. Kalau mau lebih keras lagi, ya banyak gagal,” ungkap Tom Lembong.
Tom Lembong juga menyoroti kondisi kelas menengah di Indonesia.
BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi Sumsel 5,08% Lampaui Nasional, Tertinggi Kedua di Sumatera
Menurutnya, dalam 10 tahun terakhir, jumlah kelas menengah di Indonesia tidak mengalami perkembangan signifikan.
Salah satu indikatornya adalah penurunan penjualan sepeda motor dan mobil.
Tom Lembong menilai bahwa kondisi ini disebabkan oleh aliran investasi yang lebih berfokus ke industri padat modal bukan padat karya.
Hal ini membuat hanya sekitar 20% hasil investasi yang masuk ke Indonesia bisa dinikmati masyarakat.
Dengan demikian, dari pertumbuhan ekonomi yang kini berada di kisaran angka 5%, manfaatnya sangat sedikit diterima masyarakat.
Tom Lembong berharap bahwa pengalaman dan refleksi ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk masa depan yang lebih baik.