Serta kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk pembayaran kontrakan.
Singgih juga berjanji akan melakukan pelaporan dengan transparan, disertai bukti transaksi yang telah dilakukan dengan uang donasi tersebut.
Namun, janji transparansi ini tampaknya belum cukup untuk meredam kecurigaan publik.
Warganet yang geram menuntut pertanggungjawaban yang lebih nyata, mengingat jumlah dana yang terlibat tidaklah kecil.
Beberapa pihak bahkan menyerukan agar ada audit independen untuk memastikan bahwa dana yang terkumpul benar-benar digunakan untuk tujuan yang telah dijanjikan.
Kasus ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam setiap aksi penggalangan dana.
Kepercayaan publik adalah aset yang sangat berharga, dan sekali rusak, akan sulit untuk dipulihkan.
Semoga kasus Ibu Singgih Sahara ini dapat segera mendapatkan titik terang dan menjadi pelajaran berharga bagi kita semua dalam berdonasi.***