Selain cost optimization, upaya penghematan biaya bunga, strategi transaksi lindung nilai valuta asing, suku bunga, dan komoditas, serta upaya mitigasi risiko valas dan kredit terbukti menghindari potensi kerugian dan menciptakan kontribusi sekitar US$1,1 miliar.
Kinerja keuangan Pertamina yang positif ini tak terlepas dari dukungan pemerintah.
Hal ini tercermin melalui pembayaran kompensasi harga selama 2023 yang mencapai Rp119,31 triliun (di luar pajak).
Untuk itu, pihaknya sangat mengapresiasi pemerintah yang terus mendukung Pertamina secara konsisten melalui revisi peraturan yang memungkinkan pembayaran lebih cepat, penyesuaian harga produk, dan peningkatan anggaran.
Tak hanya dari aspek keuangan, kinerja operasional Pertamina yang didukung enam subholding dan anak usahanya pun mencatatkan pertumbuhan.
BACA JUGA:Pencurian Minyak Mentah di Musi Rawas Diduga Libatkan 2 'Orang Dalam' Pertamina, Begini Modusnya
Di sektor ESG (Environmental, Social, Governance), Nicke menegaskan komitmen Pertamina untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 32 persen pada 2030, sebagai kontribusi dalam mitigasi perubahan iklim dan mendukung pencapaian Net Zero Emission (NZE).
Pencapaian Pertamina dalam aspek ESG terlihat dari skor Sustainalytics per 1 Desember 2023 sebesar 20,7 (Medium Risk), naik dari 22,1 (Medium Risk), menunjukkan tingkat risiko yang lebih baik.
"Peringkat risiko ESG Pertamina naik menjadi peringkat satu dunia dalam sub-industri Integrated Oil and Gas dari 61 perusahaan dunia," kata Nicke.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menambahkan, Pertamina melakukan berbagai upaya untuk mengatasi tantangan pada 2023.
BACA JUGA:Cari Tahu Harga BBM Terbaru di Indonesia: Pertamina, Shell, Vivo atau BP-AKR, Mana yang Termurah?
BACA JUGA:Pertamina Buka Beasiswa Sobat Bumi 2024, Cek Jadwal dan Syarat Lengkap Pendaftaran di Sini!
Apa yang dilakukan itu merupakan wujud komitmen untuk menjaga kinerja perusahaan, baik operasional maupun finansial.