BACAKORAN.CO -- Gading (13) seorang santri kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs) salah satu pondok pesantren di Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan, Kamis dinihari 3 Oktober 2024, sekira pukul 00.30 WIB di temukan tewas tergantung di Pasar Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas.
Warga Desa Muara Megang, Kecamatan Megang Sakti, Musi Rawas itu diduga bunuh diri setelah lebih dulu kabur dari pondok pesantren tempat dia belajar.
Yang membuat kedua orang tua, guru serta kerabatnya lebih sedih, bukan hanya karena bocah itu meninggal secara tidak wajar.
Namun secarik kertas yang berisi tulisan tangan Gading yang diduga dibuatnya sebelum gantung diri membuat banyak orang yang membacanya meneteskan air mata.
BACA JUGA:Tragis! Kronologi Santri Tewas Dilempar Kayu Berpaku di Ponggok Blitar, Sempat Koma 2 Hari Sebelum Meninggal
'Surat terakhir, Gading itu berisikan alasannya gantung diri dan permohonan maafnya kepada kedua orang tuanya.
Kertas itu ditemukan dalam kantong plastik bersama peci almamater pondok pesantren, satu buah topi warna coklat, satu bungkus rokok beserta korek api, satu buah pulpen, satu bungkus makanan popcorn, uang tunai sebesar Rp 15.000 dan satu helai kain sarung warna hijau.
Kantong plastik itu ditemukan tidak jauh dari tubuh korban yang tergantung di Pasar Megang Sakti.
Berikut isi surat Gading yang ditulisnya pada selembar kertas:
BACA JUGA:Resep dan Cara Meracik Pakan Konsentrat untuk Cempe, Jamin Bikin Anak Kambing Auto Gemuk dan Sehat!
Assalamualaikum ibuk, ini Gading, Gading ngelakuin ini terpakso,
Gading dak kuat dengan cobaan ini yang ibuk kasih samo Gading,
Maafkan Gading apobila Gading ado salah, Iklasin semuo ini buk, Gading betah di sini,
Jangan lupo bacoin Gading surat alfateha yo bu.
Dan satu hal yang Gading sayang samo ibuk, ayah, jugo adik Gading bu.
BACA JUGA:Bom Meledak di Bandara Jepang, 87 Penerbangan Batal! Ternyata Bom Berasal dari Sini!
BACA JUGA:4 Cara Mengatasi Kaki Lemah Pada Cempe Baru Lahir, Jamin Manjur 100 Persen! Buktiin Sendiri Kalau Gak Percaya
Buat yang nemu surat ini hubungi (nomor hp dan nama ayahnya)
dan mengabarkan alamatnya di Desa Muara Megang, Juanda bibitan" Tulisan korban.
Lalu apa yang sebenarnya dialami Gading sebelum mengakhiri hidupnya dengan tragis?
Keterangan Kasiyanto, staf Kamtib Keamanan MTs tempat Gadung mengenyam pendidikan, yang dimintai keterangan oleh kepolisian sedikit menggambarkan alasan Gading mengakhiri hidupnya.
Kasiyanto menuturkan, dia mengenal korban, karena Gading adalah salah satu santri di MTs tempat ia bekerja.
Menurutnya pada tanggal 22 September 2024, Gading keluar dari pondok dan pulang kerumahnya.
Kemudian tanggal 23 September 2024, orang tua korban menghubungi Kasiyanto dan menanyakan apakah Gading libur sehingga pulang ke rumah.
BACA JUGA:10 Rekomendasi Drama China Tentang Tentara yang Seru dan Menegangkan, Penasaran Kah?
BACA JUGA:Bambang Pacul Ditugaskan Jadi Wakil Ketua MPR RI dari PDIP
Ketika itu Kasiyanto menjelaskan jika Gading tidak libur, dia pulamg karena tidak ikut acara berkemah.
Orang tua Gading kemudian berjanji akan mengantarkan anaknya kembali ke Ponpes, namun orang tua korban minta ijin karena korban saat itu sedang sakit.
Kemudian pada hari Rabu 2 Oktober 2024 pukul 23.45 WIB, orang tua korban kembali menghubungi Kasiyanto melalui Whatsapp mengabarkan bahwa Gading sudah dikembalikan ke pondok dan meminta kepada Kasiyanto untuk mengeceknya.
Sekira pukul 00.02 WIB, Ibu Gading kembali menghubungi Kasiyanto menanyakan apakah melihat keberadaan Gading.
BACA JUGA:Ngeri, Beli Pertalite Rp 30 Ribu Lalu Siramkan ke Tubuh dan Nyalakan Korek Api, Sahdana Meregang Nyawa
Lalu Kasiyanto mencari Gading di asrama. Namun setelah dicari di asrama dan di lingkungan ponpes korban tidak ditemukan.
Kasiyanto mengaku mendapatkan informasi dari Sutrisno bahwa sore hari sekira pukul 17.00 WIB, ada yang melihat Gading pergi kearah Pasar Megang Sakti.
Kemudian saksi kembali chat orang tua korban bahwa santri tidak ada di lingkungan pondok dan dijawab oleh orang tua korban.
Lalu orang tua Gading merespon dengan pesan "Ya Allah, sudah pak biarkan dulu, siapa tahu besok ada niatnya untuk belajar, pulang ke pondok," bunyi tulisan orang tua Gading.