Serangan tersebut memicu spekulasi bahwa situs nuklir Iran mungkin akan menjadi sasaran serangan Israel.
Iran juga mengajukan keluhan kepada pengawas nuklir PBB terkait ancaman Israel terhadap situs-situs nuklirnya, dengan menyebut bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir adalah kejahatan internasional.
"Kami siap untuk segala konflik, tetapi tidak mencari perang," ujar Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, dilansir Reuters.
Selain upaya diplomatik, utusan khusus AS Amos Hochstein juga mengadakan pembicaraan dengan pejabat Lebanon di Beirut terkait syarat-syarat gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.
Hochstein menekankan bahwa meskipun Resolusi PBB 1701 yang mengakhiri konflik Israel-Hizbullah pada 2006 bisa menjadi landasan.
Untuk menghentikan permusuhan saat ini, implementasinya harus lebih akurat dan transparan.
Para ahli menilai bahwa perbedaan mendalam antara Hamas dan Israel kemungkinan besar akan sulit dijembatani sebelum pemilihan presiden AS pada 5 November.
Sementara itu, Israel terus melakukan operasi militernya di Gaza dan Lebanon, termasuk pembunuhan terhadap pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, serta pemimpin Hizbullah di Lebanon.
BACA JUGA:Hamas Mengakui Pipinannya Yahya Sinwar Gugur dalam Serangan Israel, Siapakah Penggantinya?
Meski demikian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa serangan akan terus berlanjut.
Konflik yang makin meluas ini telah mengakibatkan puluhan ribu korban jiwa di Gaza, dengan pihak berwenang di Gaza melaporkan lebih dari 42.500 korban tewas.
Ribuan lainnya yang masih tertimbun di bawah reruntuhan akibat serangan udara Israel.
Kunjungan Blinken diharapkan dapat memunculkan solusi jangka panjang bagi keamanan, pemerintahan, dan rekonstruksi.
Wilayah-wilayah yang terdampak konflik, meskipun jalan menuju perdamaian masih sangat sulit ditempuh.