BACAKORAN.CO - Sejak dulu kala di luar negeri, Indonesia terkenal dengan rempahnya.
Bahkan Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun juga salah satu tujuan utamanya adalah menguasai rempah.
Kini Indonesia sudah merdeka, 78 tahun sudah terlepas dari penjajahan.
Melalui Kemenparekraf, Indonesia ingin menunjukkan kekuatan sebagai negara penghasil rempah ke luar negeri. Bukan hanya di Belanda melainkan di seluruh Benua Eropa.
“Kemenparekraf mendukung penuh pengembangan restoran dan penyaluran bumbu Indonesia ke Belanda sebagai salah satu negara tujuan dalam payung program “Indonesia Spice Up The World,” terang Menparekraf Sandiaga Uno.
Sebagaimana diketahui, Indonesia Spice Up The World merupakan program percepatan pencapaian target pembukaan 4 ribu restoran Indonesia di luar negeri. Sekaligus peningkatan ekspor bumbu rempah hingga 2 miliar dolar AS.
“Bagaimana kesiapan Indonesia menerima investasi dari luar serta sharing tentang peluang investasi di Belanda bersama stakeholder,” ujar Menparekraf Sandiaga.
Saat ini tercatat sebanyak 400 lebih bisnis kuliner Indonesia yang tersebar di Belanda mulai dari restoran, toko, hingga bisnis katering rumahan.
Hal ini menunjukkan terbukanya peluang besar untuk pengembangan Belanda sebagai Hub Kuliner Indonesia di Eropa baik dari kualitas, konsep, maupun kuantitas.
Menparekraf juga mengapresiasi tumbuh pesatnya restoran dan ekspor bumbu Indonesia ke Belanda.
Di antaranya "Lapek Jo" dan "Nona Manis" serta start up “Ambah Arnawa" yang merupakan pengembangan usaha minimarket dan platform ekspor bumbu masakan Indonesia di Belanda.
Upaya ini di harapkan mampu meningkatkan akselerasi ekspor produk UMKM Indonesia.
"Sebanyak 10 persen dari target dalam program Indonesia Spice Up The World sudah diserap oleh Belanda," terang Menparekraf Sandiaga.
Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Belanda Mayerfas mengatakan, jumlah restoran Indonesia di Belanda memang cukup besar dan didorong untuk terus tumbuh.
Ada beberapa pengusaha yang berencana untuk melakukan investasi restoran Indonesia di Belanda.
"Kami optimistis bahwa makanan Indonesia nantinya dapat menjadi salah satu makanan utama di Belanda dan juga di Eropa," tegas Mayerfas.
Tidak hanya makanan, rempah-rempah asal Indonesia juga memiliki potensi pasar yang besar.
Di antaranya rempah-rempah utama seperti lada putih, lada hitam, pala, kayu manis, cengkeh, dan vanili.
“Permintaan ini masih akan terus berkembang dari waktu ke waktu. Jadi kami optimistis upaya meningkatkan pemasaran spice Indonesia di luar negeri akan sangat besar.
Kami juga bekerja sama dengan berbagai UMKM di Indonesia termasuk petani untuk meningkatkan pasar mereka di Belanda," jelas Mayerfas.
Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf Anggara Hayun Anujuprana menjelaskan, selain Belanda pihaknya dalam rangkaian program beberapa waktu lalu juga melakukan kegiatan serupa di London.
Di antaranya melakukan kunjungan ke Waroeng Windsor dalam rangka persiapan listing pembiayaan SCF di platform Bizhare.
Selain itu juga sosialisasi program IndoStar (Indonesian Restaurant Fund Raising) sekaligus coaching clinic yang di laksanakan di salah satu restoran Indonesia, Bali Bali Resto.
Targetnya, penyaluran pembiayaan ke restoran Indonesia pada tahun ini sebesar Rp75 miliar.
Terkait program IndoStar, Anggara mengatakan, sejak di luncurkan pada Maret 2023, tercatat ada 68 restoran Indonesia di luar negeri yang mendaftar.
Setelah di lakukan kurasi, ada 50 restoran yang sekarang mengikuti inkubasi yang akan berlangsung hingga 25 Juni 2023.
"Kami akan siapkan agar mereka melakukan 'demo day'," ucap Anggara.
Dalam program tersebut juga di buka dua kelas yakni akselerasi dan reguler.
Dalam kelas akselerasi, apabila pelaku usaha restoran sudah menyiapkan pembiayaan maka akan langsung di pertemukan dengan lembaga keuangan.
"Alhamdulillah ada dua (restoran) yang siap untuk dilisting. Pertama adalah Waroeng Windsor dengan pembiayaan sekitar Rp1 miliar kemudian adalah Restoran Sendok Garpu dengan pembiayaan sekitar Rp4 miliar di Brisbane Australia. Mudah-mudahan dengan 50 (restoran yang melakukan inkubasi) bisa lebih banyak lagi (mendapat investasi)," jelas Anggara.(*)
Tags :
Kategori :