Dengan kemampuan menciptakan visual realistis dari input teks, Veo mampu membuat video seperti ini tampak sangat nyata, padahal sepenuhnya hasil sintesis digital.
Meski begitu, identitas pembuat video belum diketahui hingga kini.
Namun, penggunaan bahasa Indonesia dan Sunda di dalamnya mengindikasikan bahwa pembuat konten kemungkinan besar berasal dari Indonesia.
BACA JUGA:Google Veo 3 Bakal Tergeser?Ini 7 Alternatif AI Video Termurah, Hasil Lebih Realistis
Kontroversi ini menjadi pengingat keras bahwa kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan tidak boleh mengaburkan batas etika dan nilai-nilai keagamaan.
Penggunaan AI seharusnya diarahkan untuk hal-hal yang membangun, bukan menimbulkan keresahan atau menyakiti perasaan umat beragama.
Di tengah berkembangnya dunia digital yang semakin canggih, penting untuk menanamkan kesadaran bahwa tidak semua hal pantas dijadikan bahan candaan, terlebih menyangkut kehidupan akhirat.
Neraka bukan tempat wisata, dan candaan tentangnya bukan sekadar "konten lucu."