BACAKORAN.CO - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI menaruh harapan besar kepada generasi muda. Ini karena Generasi Z itu memegang peranan penting dalam kesuksesan Pemilu Serentak 2024. Karena itu, Bawaslu ingin mereka melek informasi. Tidak hanya menelan mentah-mentah semua informasi yang berseliweran di dunia digital atau media sosial. Nah, agar generasi muda tidak terombang-ambing isu selama pemilu, Mereka perlu meningkatkan kemampuan literasi digital dalam menangkal hoaks dan informasi yang mengandung ujaran kebencian. Anggota Bawaslu Herwyn JH Malonda meyakini, jika Generasi Z mendapat perhartian lebih, akan dapat menjadi aktor yang dapat membawa agenda pemberantasan hoaks. "Bawaslu terus merangkul para generasi muda untuk meningkatkan kemampuan literasi digital yang dapat memisahkan berita akurat yang sesuai fakta dan mana yang berita hoaks," ujar Herwyn di Jakarta. Sejatinya, pada Januari 2023 Bawaslu sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengenai pengawasan pemilu. "Implementasi dari MOU terse but, Bawaslu dan Kominfo melakukan dua Hal Pokok. Pertama Literasi Digital, kedua penanganan konten negatif di medsos," ujarnya. Dalam menjalankan kewenangannya, lanjut dia, Bawaslu bakal menganalisis mana saja yang merupakan pelanggaran pemilu sesuai Pasal 280 UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017. "Mana kebebasan berekspresi, lalu mana konten negatif atau hoaks yang dapat merusak kredibilitas penyelenggaraan pemilu. Kemudian bisa merusak persaudaraan warga yang hidup rukun dan damai serta memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, untuk direkomendasikan kepada lembaga yang berwenang dalam tindaklanjutnya," terangnya. Dia menuturkan, hoaks sudah ada dalam tahapan Pemilu 2024 yang kini sedang berlangsung sebagaimana informasi yang disampaikan Kemkominfo baru-baru ini. "Ada kewenangan Bawaslu untuk (mengusulkan) take down akun-akun yang terverifikasi menyebarkan fitnah, ujaran kebencian, atau hoaks. Termasuk juga menindak pelakunya apabila bisa terverifikasi," tukasnya. Hal kedua, sebut Herwyn, Bawaslu berkolaborasi dengan banyak pihak terutama influencer Gen Z yang populer dalam menjangkau lebih banyak audiens untuk menyampaikan pesan penting tentang bahaya hoaks dalam Pemilu . "Ketiga, membuat kompetisi konten untuk anak muda yang harapannya dapat membuat konten edukatif yang menyoroti pentingnya melawan hoaks dan menghargai integritas Pemilu ," ujarnya. Hal keempat, mantan Ketua Bawaslu Provinsi Sulawesi Utara ini mengutarakan, adanya kerja sama dengan platform digital yang dibuat Gen Z yang berkaitan dengan aplikasi atau situs web yang dirancang khusus untuk memerangi penyebaran informasi palsu. "Kelima, meningkatkan kualitas kader pengawasan partisipatif terutama dari kalangan Gen Z dengan berbagai upaya pelatihan sehingga mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk menjadi agen anti- hoaks yang efektif. Kemudian keenam, menjalin kerjasama dengan sekolah dan kampus dalam koordinasi Kementrian Pendidikan dan atau Dinas Pendidikan. Fungsinya, untuk memasukan pendidikan literasi digital dan anti hoaks ke dalam kurikulum. "Kami berharap Kementrian atau Dinas Pendidikan dapat mengupayakan adanya pendidikan anti-hoaks dalam kurikulum di sekolah dan kampus. Kami ingin adanya generasi muda yang kuat, yang dewasa dalam menyebarkan informasi, terciptanya generasi muda yang lebih berwawasan dan kritis dalam menerima informasi " terangnya.(*)
Kategori :