Jadi Pemicu Kelelahan Petugas, Bawaslu Ingatkan KPU Soal Ini

BACAKORAN.CO - Bawaslu ingatkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait distribusi logistik Pemilu 2024. Jangan sampai alami keterlambatan. Sebab, jika distribusi terlambat akan mempengaruhi kinerja petugas TPS atau Tempat Pemungutan Suara. Situasi itu bisa membuat pekerjaan menjadi ekstra karena mengejar waktu yang seharusnya longgar menjadi lebih mepet. "Standarnya semalam atau satu hari sebelum pemungutan suara logistik sudah sampai," terang Ketua Bawaslu Rahmat Bagja. Menurut Bagja, keterlambatan dalam distribusi logistik di Pemilu 2024 menjadi salah satu penyebab banyaknya petugas TPS (Tempat Pemilihan Suara) kelelahan hingga meninggal dunia. “Ada ketegangan sendiri di petugas TPS dalam menghadapi logistik karena DPTHP-3 (Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan Ketiga) yang dikeluarkan oleh KPU. Lalu diperbaiki oleh MK sehari atau dua hari menjelang pemungutan suara," ujar Bagja dalam Rapat Koordinasi Pelaksanaan Layanan Skrining BPJS Kesehatan bagi Petugas Penyelenggaraan Pemilihan Umum 2024 di Jakarta, Senin (18/9). Bagja menerangkan bahwa surat suara yang sudah dimasukkan ke dalam kotak suara itu dibongkar kembali. Maka ada keterlambatan, sehingga petugas TPS harus menunggu surat suara dan logistik hadir di TPS. Bahkan terdapat ribuan TPS yang mengalami keterlambatan logistik. Pada kesempatan yang sama, Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mengingatkan agar petugas mengikuti tes skrining kesehatan melalui BPJS. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi lagi kasus jatuhnya korban dari petugas TPS seperti pada Pemilu 2019. “Pemilu 2019 lalu adalah Pemilu yang berduka. Ini tentu menjadi catatan kita karena yang meninggal cukup banyak," jelasnya. "Banyak petugas yang gugur, tentu kejadian seperti ini tidak boleh terulang. Nanti kalau kejadian, rakyat yang akan bertanya tentang apa yang dilakukan pemerintah dan kenapa tidak ada perbaikan?,” lanjutnya. Lebih lanjut dia meminta kepada Bawaslu dan KPU agar memanfaatkan layanan skrining dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) agar bisa mengidentifikasi petugas TPS yang memiliki resiko kesehatan. Kemudian melalui skrining tersebut, Moeldoko berharap, agar Bawaslu dan KPU bisa mengetahui mana petugas yang memiliki resiko rendah, sedang, dan tinggi dan menentukan langkah apa yang perlu dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban. “Untuk itu saya inginkan ada kesepakatan. Pertama, skema kita jalankan, Panglima TNI, Polri, Bawaslu, dan KPU agar mengikuti skrining kesehatan secara daring. Surat edaran sedang disiapkan. Perlu SE (Surat Edaran) dari Kemendagri kepada pemerintah daerah untuk mendaftarkan petugas pemilu yang belum memiliki BPJS Kesehatan,” terangnya. Merespon hal ini, Bagja menyetujui agar penyelenggara Pemilu dan beberapa lembaga terkait untuk duduk bersama menentukan langkah terbaik agar jatuhnya korban pada Pemilu 2019 tidak terulang.(*)

Jadi Pemicu Kelelahan Petugas, Bawaslu Ingatkan KPU Soal Ini

kumaidi sumeks

kumaidi sumeks


bacakoran.co - bawaslu ingatkan komisi pemilihan umum (kpu) terkait distribusi logistik pemilu 2024. jangan sampai alami keterlambatan. sebab, jika distribusi terlambat akan mempengaruhi kinerja petugas tps atau tempat pemungutan suara. situasi itu bisa membuat pekerjaan menjadi ekstra karena mengejar waktu yang seharusnya longgar menjadi lebih mepet. "standarnya semalam atau satu hari sebelum pemungutan suara logistik sudah sampai," terang ketua bawaslu rahmat bagja. menurut bagja, keterlambatan dalam distribusi logistik di pemilu 2024 menjadi salah satu penyebab banyaknya petugas tps (tempat pemilihan suara) kelelahan hingga meninggal dunia. “ada ketegangan sendiri di petugas tps dalam menghadapi logistik karena dpthp-3 (daftar pemilih tetap hasil perbaikan ketiga) yang dikeluarkan oleh kpu. lalu diperbaiki oleh mk sehari atau dua hari menjelang pemungutan suara," ujar bagja dalam rapat koordinasi pelaksanaan layanan skrining bpjs kesehatan bagi petugas penyelenggaraan pemilihan umum 2024 di jakarta, senin (18/9). bagja menerangkan bahwa surat suara yang sudah dimasukkan ke dalam kotak suara itu dibongkar kembali. maka ada keterlambatan, sehingga petugas tps harus menunggu surat suara dan logistik hadir di tps. bahkan terdapat ribuan tps yang mengalami keterlambatan logistik. pada kesempatan yang sama, kepala kantor staf kepresidenan (ksp) moeldoko mengingatkan agar petugas mengikuti tes skrining kesehatan melalui bpjs. hal ini ditujukan agar tidak terjadi lagi kasus jatuhnya korban dari petugas tps seperti pada pemilu 2019. “pemilu 2019 lalu adalah pemilu yang berduka. ini tentu menjadi catatan kita karena yang meninggal cukup banyak," jelasnya. "banyak petugas yang gugur, tentu kejadian seperti ini tidak boleh terulang. nanti kalau kejadian, rakyat yang akan bertanya tentang apa yang dilakukan pemerintah dan kenapa tidak ada perbaikan?,” lanjutnya. lebih lanjut dia meminta kepada bawaslu dan kpu agar memanfaatkan layanan skrining dari badan penyelenggara jaminan sosial (bpjs) agar bisa mengidentifikasi petugas tps yang memiliki resiko kesehatan. kemudian melalui skrining tersebut, moeldoko berharap, agar bawaslu dan kpu bisa mengetahui mana petugas yang memiliki resiko rendah, sedang, dan tinggi dan menentukan langkah apa yang perlu dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban. “untuk itu saya inginkan ada kesepakatan. pertama, skema kita jalankan, panglima tni, polri, bawaslu, dan kpu agar mengikuti skrining kesehatan secara daring. surat edaran sedang disiapkan. perlu se (surat edaran) dari kemendagri kepada pemerintah daerah untuk mendaftarkan petugas pemilu yang belum memiliki bpjs kesehatan,” terangnya. merespon hal ini, bagja menyetujui agar penyelenggara pemilu dan beberapa lembaga terkait untuk duduk bersama menentukan langkah terbaik agar jatuhnya korban pada pemilu 2019 tidak terulang.(*)
Tag
Share