Picu Perdebatan Sengit, Paus Sarankan Gereja Berkati Perkawinan Sejenis
Paus Fransiskus membuka pintu bagi kemungkinan gereja untuk menjadi lebih toleran terhadap komunitas LGBT dan pernikahan sejenis.--
BACAKORAN.CO - Paus Fransiskus telah mengundang perdebatan sengit dengan pernyataannya yang kontroversial di awal Oktober 2023 ini. Pernyataan tersebut membuka pintu bagi kemungkinan gereja untuk menjadi lebih toleran terhadap komunitas LGBT dan pernikahan sejenis.
Paus Fransiskus, yang berasal dari Argentina, tampaknya terinspirasi oleh pengalaman negaranya sendiri.
Argentina telah melegalkan pernikahan sejenis sejak tahun 2010, dan keputusan tersebut telah membawa perubahan signifikan dalam pandangan masyarakat terhadap LGBT.
Negara tersebut, yang juga merupakan tanah kelahiran Paus Fransiskus, telah memberikan contoh bahwa pernikahan sejenis dapat diterima sebagai bagian dari nilai-nilai kesetaraan dan keadilan.
BACA JUGA:Menjaga Keharmonisan Keluarga dalam Era Digital, Konsultasi Keluarga Online dengan Ustadz
Selain itu, Paus Fransiskus adalah seorang pemikir dan aktivis Teologi Pembebasan. Gerakan ini bermula di Amerika Latin dan menekankan prinsip-prinsip pembebasan, keadilan, dan kesetaraan dalam ajaran agama.
Isu LGBT dan pernikahan sejenis secara alami terkait dengan prinsip-prinsip ini, yang dapat menjelaskan mengapa Paus Fransiskus lebih terbuka terhadapnya.
Paus Fransiskus juga sadar akan perubahan zaman. Banyak gereja di Eropa dan Amerika Serikat saat ini sudah memberikan pelayanan kepada komunitas LGBT dan mengakui pernikahan sejenis.
Hak asasi manusia, seperti yang diakui oleh PBB, melindungi hak individu untuk memilih gaya hidup dan orientasi seksual mereka sendiri. Hukum ini tidak dapat dicabut oleh negara atau orang lain.
Saat ini, lebih dari 34 negara di seluruh dunia telah melegalkan pernikahan sejenis.
Awalnya dimulai dengan Belanda pada tahun 2001, dan sekarang hampir di semua benua telah ada negara-negara yang mengikuti jejaknya, termasuk Amerika Latin (seperti Argentina dan Kolombia).
Lalu Amerika Serikat, Eropa (seperti Perancis dan Jerman), Asia (seperti Taiwan), Australia, dan bahkan Afrika Selatan.
BACA JUGA:Indonesia vs Brunei Darussalam: Ini Daftar Harga Tiketnya
Sebagian besar negara yang melegalkan pernikahan sejenis ini adalah negara-negara maju secara ekonomi, ilmu pengetahuan, dan pemerintahan.
Mereka juga menduduki peringkat tinggi dalam indeks kebahagiaan dunia dan indeks pembangunan manusia.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat dunia semakin terbiasa dengan keberagaman dalam hal orientasi seksual, seperti halnya dalam perbedaan agama.
Sejarah telah mengajarkan kita bahwa setelah pergi seorang guru suci atau nabi, pengikutnya akan memiliki beragam tafsiran, termasuk dalam isu-isu seputar LGBT.
Kemungkinan gereja Katolik menjadi lebih toleran terhadap LGBT dan pernikahan sejenis merupakan bagian dari perubahan sosial yang lebih luas, di mana nilai-nilai kesetaraan, pembebasan, dan keadilan semakin mendominasi pandangan dunia.
Walaupun ajaran resmi gereja mungkin tetap tidak berubah, pernyataan Paus Fransiskus membuka jalan bagi perdebatan yang lebih mendalam tentang bagaimana gereja dapat lebih mendekati dan melayani komunitas LGBT.