Air Hujan Keruh, Warga Tuntut Kompensasi ke Perusahaan Tambang Batubara

HITAM : Salah satu warga menunjukkan air hujan di tempat penampungan berwarna hitam pekat--

Air Hujan Keruh, Warga Tuntut Kompensasi ke Perusahaan Tambang Batubara

 

BACAKORAN.CO – Beberapa warga Kelurahan Pasar I, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim menuntut kompensasi kepada salah satu perusahaan penambangan batubara di Muara Enim yaitu PT Duta Bara Utama (DBU).

 

Tuntutan itu mereka sampaikan karena keberadaan perusahaan tambang itu telah berdamak pada lingkungan warga.

 

Salah satunya yaitu terhadap air bersih yang mereka gunakan.

 

Sebab, sejak keberadaaan perusahaan tersebut, warga yang belum terlayani air bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM), hanya mengandalkan air sumur, air sungai dan air tadah hujan.

BACA JUGA:Kabut Asap Kian Pekat, Galaxy Watch6 Series Hadir untuk Membantu Pengguna Hadapi Polusi Udara

 

Nah, disaat musim kemarau, semua sumber air tersebut sulit di dapat. Sebab sumur mengering, sungai surut dan air hujan yang merek harapkan tak kunjung turun.

 

Saat hujan turunpun, airnya tak dapat digunakan karena air yang mereka tampung di bak maupun drum penampungan berwarna hitam pekat.

 

"Dulu sebelum beroperasinya tambang batubara di daerah kami, kalau kemarau kami masih bisa memanfaatkan air hujan. Namun sekarang tidak bisa lagi karena kotor dan hitam akibat debu batubara," ujar Hamdi (63) warga Kelurahan Pasar I, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim.

 

Dia mengaku sudah bertempat tinggal  di daerah itu sejak sekitar tahun 90-an.

BACA JUGA:Waralaba McDonald's Masuk Pelosok Daerah, Rekrut Tenaga Kerja Lokal

 

Pemerintah menurutnya melakukan pengaspalan jalan dan memasang jalur PDAM hingga ke Trans Sosial, Desa Karang Raja, Kecamatan Muara Enim.

 

"Untuk jalan sudah mulus di aspal, namun untuk air bersih ternyata belum bisa sebab baru beberapa rumah sehingga belum bisa untuk membuat sambungan baru ke pelanggan," terangnya.

 

Karena belum bisa, lanjutnya, dirinya terpaksa memanfaatkan air yang berasal dari anak sungai.

 

Namun sejak kemarau air dari anak sungai itupun ikut mengering dan debitnya semakin kecil sehingga tidak bisa diambil terus menerus.

BACA JUGA:Mengungkap Kekuatan Diam, Seni Tersembunyi yang Membawa Kesuksesan

 

"Untuk solusinya  terpaksa memanfaatkan air hujan dengan melakukan penampungan, namun kendalanya air hujan tersebut kondisinya kotor karena dipenuhi oleh debu batubara sehingga airnya tidak bisa digunakan untuk makan dan minum, paling untuk bersih-bersih dan menyiram tanaman," bebernya.

Air Hujan Keruh, Warga Tuntut Kompensasi ke Perusahaan Tambang Batubara

Gite Wijaya

Doni Bae


air hujan keruh, warga tuntut kompensasi ke perusahaan tambang batubara

 

bacakoran.co – beberapa warga kelurahan pasar i, kecamatan muara enim, menuntut kompensasi kepada salah satu perusahaan penambangan batubara di muara enim yaitu pt duta bara utama (dbu).

 

tuntutan itu mereka sampaikan karena keberadaan perusahaan tambang itu telah berdamak pada lingkungan warga.

 

salah satunya yaitu terhadap air bersih yang mereka gunakan.

 

sebab, sejak keberadaaan perusahaan tersebut, warga yang belum terlayani air bersih dari perusahaan daerah air minum (pdam), hanya mengandalkan air sumur, air sungai dan air tadah hujan.

 

nah, disaat musim kemarau, semua sumber air tersebut sulit di dapat. sebab sumur mengering, sungai surut dan air hujan yang merek harapkan tak kunjung turun.

 

saat hujan turunpun, airnya tak dapat digunakan karena air yang mereka tampung di bak maupun drum penampungan berwarna hitam pekat.

 

"dulu sebelum beroperasinya tambang batubara di daerah kami, kalau kemarau kami masih bisa memanfaatkan air hujan. namun sekarang tidak bisa lagi karena kotor dan hitam akibat debu batubara," ujar hamdi (63) warga kelurahan pasar i, kecamatan muara enim, kabupaten muara enim.

 

dia mengaku sudah bertempat tinggal  di daerah itu sejak sekitar tahun 90-an.

 

pemerintah menurutnya melakukan pengaspalan jalan dan memasang jalur pdam hingga ke trans sosial, desa karang raja, kecamatan muara enim.

 

"untuk jalan sudah mulus di aspal, namun untuk air bersih ternyata belum bisa sebab baru beberapa rumah sehingga belum bisa untuk membuat sambungan baru ke pelanggan," terangnya.

 

karena belum bisa, lanjutnya, dirinya terpaksa memanfaatkan air yang berasal dari anak sungai.

 

namun sejak kemarau air dari anak sungai itupun ikut mengering dan debitnya semakin kecil sehingga tidak bisa diambil terus menerus.

 

"untuk solusinya  terpaksa memanfaatkan air hujan dengan melakukan penampungan, namun kendalanya air hujan tersebut kondisinya kotor karena dipenuhi oleh debu batubara sehingga airnya tidak bisa digunakan untuk makan dan minum, paling untuk bersih-bersih dan menyiram tanaman," bebernya.

 

"saya sudah dua kali mendatangi perusahaan pt dbu untuk mengadukan keluhan tersebut, namun sepertinya tidak digubris. apa masyarakat mau demo atau marah dahulu baru mau digubris?," ungkapnya.

 

dia mengaku kedatangannya ke pt dbu, adalah untuk minta kompensasi dari aktivitas tambang batubara tersebut.

 

sebab sejak tambang tersebut beroperasi debu batubara dimana-mana sehingga sangat tidak sehat bagi masyarakat.

 

"belum lagi yang mencemari sumur-sumur dan tempat penampungan air warga, setidaknya masyarakat minta dicarikan solusinya seperti pihak perusahaan membuatkan sumur bor untuk air bersih," tegasnya.

 

hal senada dikatakan dioransiko (25) warga tansad sosial, desa karang raja, kecamatan muara enim.

 

menurutnya sejak beroperasinya perusahaan pertambangan batubara dan aktivitas pengangkutan batubara, desanya selalu di selimuti debu.

 

“kalau bisa warga dibuatkan sumur bor dan lakukan penyiraman rutin oleh perusahaan batubara ataupun  transportirnya jangan mau untung saja tetapi masyarakat yang dikorbankan,”katanya.

 

sementara itu, humas pt dbu, darsih saat dikonfirmasi via telepon tidak aktif. begitupun dihubungi via whaatsup (wa) belum memberi keterangan. (way)

 

Tag
Share