bacakoran.co

Harga Avtur Naik Akibat Perang, Jadi Biang Kerok Tiket Pesawat Mahal

Ilustrasi kabin penumpang penerbangan pesawat penumpang--

BACAKORAN.CO – Harga tiket pesawat domestik masih mahal.

Terdapat sejumlah faktor yang menjadi biang keroknya.

Faktor terbesar yang menjadi penyebab tiket burung besi masih tinggi adalah kenaikan harga bahan bakar avtur.

Pasalnya, sekitar 40 persen biaya operasional penerbangan berasal dari pembelian avtur.

BACA JUGA:Totalitas! Bandara Ini Siapkan 5 Tempat Parkir Pesawat Khusus untuk Piala Dunia U-17

Jadi, kenaikan harga avtur mempengaruhi total biaya operasi penerbangan.

Untuk informasi, harga avtur cenderung mengalami kenaikan imbas kondisi sosial politik global seperti perang Rusia-Ukraina dan perang Israel-Hamas.

Selain itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, industri penerbangan yang belum pulih sepenuhnya pasca pandemi Covid-19 turut memengaruhi harga tiket pesawat.

Diungkapkan Budi, saat ini maskapai Indonesia tengah kekurangan armada pesawat untuk dioperasikan mengangkut penumpang.

BACA JUGA:Pramugari Kaget! Driver Ojol Naik Pesawat Garuda, Demi Pesanan Bakpia

Jika sebelumnya ada sebanyak 650 unit, kini hanya 400 unit pesawat yang operasional.

Padahal, lanjutnya, okupansi penumpang telah meningkat pasca pandemi.

Kurangnya ketersediaan pesawat ini membuat kebutuhan tak bisa terlayani maksimal.

Kendala ini tak hanya dialami oleh industri penerbangan dalam negeri, tapi juga internasional.

BACA JUGA:Ini Harapan Kemenparekraf saat Harga Tiket Pesawat Turun Jelang Liburan

Tak hanya itu, kondisi politik sosial global membuat ketersediaan suku cadang pesawat terbatas akibat terganggunya rantai pasokan.

Sedangkan maskapai membutuhkan suku cadang tadi untuk memperbaiki pesawat-pesawat yang tidak digunakan selama pandemi .

Akibatnya, banyak pesawat yang membutuhkan waktu perbaikan lebih lama dan tidak bisa segera dioperasikan.

Lanjut Budi, itulah yang terjadi apabila masyarakat kesulitan untuk melakukan penerbangan dari satu tempat dan tempat lainnya. “Pesawat seperti ATR pada daerah-daerah terpencil itu berkurang drastis karena tidak ada suku cadang," terangnya.

BACA JUGA:Jangan Panik! Pesawat Buang Bahan Bakar Ketika Masih Mengudara, Begini Penjelasannya?


Maka itu, perlu dicarikan solusi dari permasalahan mahalnya tiket pesawat karena tingginya beban biaya operasional penerbangan.

Pasalnya, apabila biaya operasional bisa berkurang, maka maskapai memiliki biaya untuk menambah armada pesawat yang bisa dioperasikan, baik dengan cara membeli maupun menyewa.

"Ini bisa kita lakukan untuk sama-sama menurunkan. Kalau cost daripada aviasi ini menurun, maka daya beli mereka untuk membeli atau meleasing pesawat-pesawat menjadi baik," tukasnya.

Harga Avtur Naik Akibat Perang, Jadi Biang Kerok Tiket Pesawat Mahal

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – harga domestik masih mahal.

terdapat sejumlah faktor yang menjadi biang keroknya.

faktor terbesar yang menjadi penyebab tiket burung besi masih tinggi adalah kenaikan harga bahan bakar avtur.

pasalnya, sekitar 40 persen biaya operasional penerbangan berasal dari pembelian avtur.



jadi, kenaikan harga avtur mempengaruhi total biaya operasi penerbangan.

untuk informasi, harga avtur cenderung mengalami kenaikan imbas kondisi sosial politik global seperti perang rusia-ukraina dan perang israel-hamas.

selain itu, (menhub) budi karya sumadi mengatakan, industri penerbangan yang belum pulih sepenuhnya pasca pandemi covid-19 turut memengaruhi harga tiket pesawat.

diungkapkan budi, saat ini maskapai indonesia tengah kekurangan armada pesawat untuk dioperasikan mengangkut penumpang.



jika sebelumnya ada sebanyak 650 unit, kini hanya 400 unit pesawat yang operasional.

padahal, lanjutnya, okupansi penumpang telah meningkat pasca pandemi.

kurangnya ketersediaan pesawat ini membuat kebutuhan tak bisa terlayani maksimal.

kendala ini tak hanya dialami oleh industri penerbangan dalam negeri, tapi juga internasional.



tak hanya itu, kondisi politik sosial global membuat ketersediaan suku cadang pesawat terbatas akibat terganggunya rantai pasokan.

sedangkan maskapai membutuhkan suku cadang tadi untuk memperbaiki pesawat-pesawat yang tidak digunakan selama pandemi .

akibatnya, banyak pesawat yang membutuhkan waktu perbaikan lebih lama dan tidak bisa segera dioperasikan.

lanjut budi, itulah yang terjadi apabila masyarakat kesulitan untuk melakukan penerbangan dari satu tempat dan tempat lainnya. “pesawat seperti atr pada daerah-daerah terpencil itu berkurang drastis karena tidak ada suku cadang," terangnya.


maka itu, perlu dicarikan solusi dari permasalahan mahalnya tiket pesawat karena tingginya beban biaya operasional penerbangan.

pasalnya, apabila biaya operasional bisa berkurang, maka maskapai memiliki biaya untuk menambah armada pesawat yang bisa dioperasikan, baik dengan cara membeli maupun menyewa.

"ini bisa kita lakukan untuk sama-sama menurunkan. kalau cost daripada aviasi ini menurun, maka daya beli mereka untuk membeli atau meleasing pesawat-pesawat menjadi baik," tukasnya.

Tag
Share