Hewan yang Biasa Berkeliaran di Rumah Ini Disebar untuk Kendalikan DBD, Apa Efektif?
Ilustrasi seseorang terkena demam--
BACAKORAN.CO – Memasuki musim penghujan, penyakit demam berdarah dengue (DBD) mengintai.
Pasalnya, musim hujan populasi Aedes aegypti akan meningkat.
Telur nyamuk penyebab DBD ini akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya mulai tergenang air hujan sehingga membuat potensi penyebaran DBD menjadi tinggi.
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, DBD merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyerang warga di Indonesia.
BACA JUGA:Menghadapi Ancaman DBD di Era Fenomena El Nino
Pada 2022, tercatat terjadi sebanyak 1,1 juta kasus DBD di Tanah Air.
Berbagai upaya pun dilakukan pemerintah melalui instansi terkait untuk mencegah dan mengendalikan DBD.
Mulai dari menggalakkan gerakan 3 M Plus, yakni menguras, menutup, menyingkirkan/mendaur ulang, dan menaburkan bubuk abate (larvasida) pada tempat penampungan air hingga fogging masal.
Selain itu metode penanggulangan penyakit yang bisa mengakibatkan kematian itu dilakukan dengan penyebaran nyamuk wolbachia.
BACA JUGA:Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia: Ancaman yang Harus Diwaspadai
Saat ini, Pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan nyamuk Wolbachia di beberapa daerah, termasuk Semarang, Yogyakarta, dan Denpasar.
Lantas, apa itu nyamuk Wolbachia?
Melansir laman Centers for Disease Control and Prevention, nyamuk wolbachia adalah nyamuk Aedes aegypti yang telah diinfeksi dengan bakteri Wolbachia.
Bakteri Wolbachia adalah bakteri alami yang ditemukan pada berbagai jenis serangga, termasuk nyamuk.
BACA JUGA:Rahasia Dengungan Nyamuk di Sekitar Telinga Kita, Ternyata Ini Penyebabnya Loh!
Bakteri ini dapat menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk.
Nyamuk Wolbachia tidak dapat menularkan virus dengue ke manusia.
Jika aedes aegypti jantan membawa bakteri wolbachia kawin dengan aedes aegypti betina, virus dengue pada nyamuk betina akan terblokir.
Kondisi sebaliknya, nyamuk betina berwolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.
BACA JUGA:Mengapa Nyamuk Lebih 'Suka' Golongan Darah O? Ini Penyebabnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nyamuk Wolbachia terbukti menurunkan kasus DBD secara signifikan.
Penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menunjukkan bahwa kasus DBD dapat diturunkan sebesar 77 persen setelah nyamuk Wolbachia disebarkan.
Penelitian lain di Australia menunjukkan bahwa nyamuk Wolbachia dapat menurunkan kasus DBD sebesar 80 persen.
Sayangnya, lantaran adanya disinformasi sejumlah pihak malah khawatir dengan penanggulangan DBD menggunakan metode penyebaran nyamuk wolbachea ini.
BACA JUGA:7 Tips Mengusir Nyamuk Cukup Dengan ini Dijamin Ampuh Auto Minggat!
Selain itu, hingga kini, tidak ada evidence based yang menunjukkan penyebaran nyamuk wolbachia malah membahayakan manusia, hewan, maupun lingkungan.
Sementara Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu, langkah penyebaran nyamuk wolbachia ini sudah mendapatkan rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Bahkan, hasil riset di Yogyakarta membuktikan kasus DBD turun signifikan dengan penyebaran nyamuk wolbachia. "Kemenkes sangat percaya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh teman-teman UGM dan sudah ada rekomendasi WHO," tukasnya.