VAR Gagalkan Mali ke Final, Pelatihnya Malah Bangga Pada Pemainnya, Ini Kata-Kata Pujiannya

Pelatih Mali U-17 Soumaila Coulibaly-loc wcu17-

BACAKORAN.CO - Mali U-17 menampilkan permainan ciamik di semifinal Piala Dunia U-17 2023. Mereka harus akui keunggulan Prancis U-17 usai dipaksa bermain dengan 10 pemain.

Mali U-17 bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-56. Ini setelah Souleymane Sanogo mendapatkan kartu merah. 

Adalah VAR yang menghukum mali U-17 main dengan 10 pemain. Sanogo diputus melakukan tekel terhadap Sadi Aymen yang berbuah kartu merah. 

Padahal, sebelum kartu merah muncul, Mali U-17 dalam situasi leading. Mereka memimpin 1-0 sebelum turun minum usai Ibrahim Diarra mencetak gol pembuka. 

Gol itu bersejarah karena itu adalah satu-satunya gol yang bersarang ke gawang Prancis U-17 sejak penyisihan grup Piala Dunia U-17 2023 berlangsung pada 10 November lalu dalam waktu normal. 

Motivasi yang membuncah itu mendadak goyah usai kartu merah. Ini karena Prancis U-17 seperti memiliki motivasi lebih untuk unggul jumlah pemain. 

BACA JUGA:Bertahan Oke, Menyerang Juga Ayo! Mali U-17 Siap Tumbangkan Prancis, Kembalinya Pemain Ini Bikin Pede

Keuntungan ini dimanfaatkan pemain Prancis U-17 untuk menekan hingga membuahkan dua gol. Masing-masing tercipta pada menit ke-56 melalui Yvann Titi dan Ismail Bouneb (69'). 

Mali U-17 dengan kondisi pemain berkurang juga tidak mudah menyerah. Mereka terus melancarkan perlawanan. Berbagai percobaan dilakukan. 


Pemain mali U-17 saat merayakan gol yang dicetak Ibrahim Diarra. -loc wcu17-

Total 22 kali mereka melepaskan tembakan ke arah gawang. 6 tembakan di antaranya menemui sasaran. 

Dari jumlah tembakan itu, salah satunya adalah tendangan yang masih membentur mirtas gawang di dua menit jelang pertandingan berakhir.

Usai pertandingan, Pelatih Mali Soumaila Coulibaly tetap memuji pemainnya meski kalah. Menurutnya, timnya memainkan laga ini dengan baik. 

BACA JUGA:Duel Semifinal Piala Dunia U-17 2023 Prancis U-17 vs Mali U-17 Dijamin Panas, Ini Pemantiknya

VAR Gagalkan Mali ke Final, Pelatihnya Malah Bangga Pada Pemainnya, Ini Kata-Kata Pujiannya

Kumaidi

Kumaidi


bacakoran.co - mali u-17 menampilkan permainan ciamik di semifinal piala dunia u-17 2023. mereka harus akui keunggulan prancis u-17 usai dipaksa bermain dengan 10 pemain.

mali u-17 bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-56. ini setelah souleymane sanogo mendapatkan kartu merah. 

adalah var yang menghukum mali u-17 main dengan 10 pemain. sanogo diputus melakukan tekel terhadap sadi aymen yang berbuah kartu merah. 

padahal, sebelum kartu merah muncul, mali u-17 dalam situasi leading. mereka memimpin 1-0 sebelum turun minum usai ibrahim diarra mencetak gol pembuka. 

gol itu bersejarah karena itu adalah satu-satunya gol yang bersarang ke gawang prancis u-17 sejak penyisihan grup piala dunia u-17 2023 berlangsung pada 10 november lalu dalam waktu normal. 

motivasi yang membuncah itu mendadak goyah usai kartu merah. ini karena prancis u-17 seperti memiliki motivasi lebih untuk unggul jumlah pemain. 

keuntungan ini dimanfaatkan pemain prancis u-17 untuk menekan hingga membuahkan dua gol. masing-masing tercipta pada menit ke-56 melalui yvann titi dan ismail bouneb (69'). 

mali u-17 dengan kondisi pemain berkurang juga tidak mudah menyerah. mereka terus melancarkan perlawanan. berbagai percobaan dilakukan. 


pemain mali u-17 saat merayakan gol yang dicetak ibrahim diarra. -loc wcu17-

total 22 kali mereka melepaskan tembakan ke arah gawang. 6 tembakan di antaranya menemui sasaran. 

dari jumlah tembakan itu, salah satunya adalah tendangan yang masih membentur mirtas gawang di dua menit jelang pertandingan berakhir.

usai pertandingan, pelatih mali soumaila coulibaly tetap memuji pemainnya meski kalah. menurutnya, timnya memainkan laga ini dengan baik. 

namun, semuanya sedikit berubah ketika pemainnya mendapatkan kartu merah. itu membuat timnya kesulitan. 

"meski sulit, tapi kami tetap berusaha menciptakan beberapa kesempatan untuk menyamakan kedudukan. tapi sayang, kami tidak bisa melakukan yang terbaik," terang coulibaly. 

"saya sendiri juga telah memberikan masukan kepada pemain saat jeda minum, dan berharap mereka bisa lebih menikmati permainan. jadi saya pikir kami hanya tidak beruntung kali ini," tukasnya.


pemain mali u-17 saat dikepung pemain prancis di stadion manahan solo.-loc wcu17-

jelas coulibaly, jika pemainnya tidak berkurang, hasil akhir akan berbeda. buktinya, mereka dengan kekuatan yang berimbang bisa mencetak gol lebih dulu.

karena itu, meski kalah dan gagal untuk kali pertama menatap final, dia mengaku timnya cukup gembira dengan hasil ini. secara keseluruhan dia menilai timnya bermain cukup baik. 

dari prancis, pelatih prancis jean luc vannuchi mengatakan bahwa laga melawan mali ini adalah pertandingan yang ketat dan itu sudah diperkirakannya. 

"kami bermain intensif, bermain dengan baik. memainkan serangan dari belakang di babak pertama, dan kemudian bertahan untuk menyerang. kami pun memenangkannya dan saya sangat puas dengan performa para pemain," ujarnya.


pemain prancis suka cita usai lolos final piaal dunia u-17.-loc wcu17-

"saat kami kebobolan, rasanya sangat sulit. tapi kami tetap optimistis karena saat melawan spanyol kami juga tertinggal lebih dahulu. jadi ini ibarat ulangan, dan semua yang kami persiapan dalam latihan sesuai dengan yang kami perkirakan. kami tidak khawatir. karena kami hanya mengubah satu pemain di sayap untuk mengubah kecepatan dan lihat bagaimana kami bereaksi tadi," terang vannuchi. 

bagi prancis, ini adalah final pertamanya di piala dunia u-17. sebelumnya pencapaian terbaik mereka adalah semifinalis di edisi 2019. laga melawan jerman di final nanti, akan menjadi final ulangan kejuaraan eropa u-17 uefa pada juni 2023. (*)

 

Tag
Share