Musim Tanam Tiba, Petanipun Was-was Pupuk Langka, Racun Hamapun Butuh Biaya
MUSIM TANAM : Menyambut musim tanam pertama, petani di OKU Timur Sumatera Selatan mulai garap lahan. Namun mereka mengkhawatirkan ketersediaan pupuk. (foto abdulkholid/sumeks)--
BACAKORAN.CO -- Keinginan pemerintah untuk meningkatkan produksi beras dari wilayah Sumatera Selatan untuk memenuhi kebutuhan beras Nasional patut di apresiasi.
Terlebih pemerintah melalui Kementrian Pertanian menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk mencapai tujuan itu. Diantaranya dengan memberikan anggaran untuk membuka atau mencetak lahan sawah baru.
Hanya saja setiapkali musim tanam, petani selalu was-was akan ketersediaan pupuk. Sebab ketika musim tanam tiba, pupuk bersubsidi dari pemerintah belum mencukupi.
Untuk hasil panen yang baik, petanipun membeli pupuk tambahan sendiri. Hanya saja seringkali terjadi pupuk hilang di pasaran, kalaupun ada harganya melambung tinggi.
BACA JUGA:Konsumsi Pangan Tembus 26,11 juta Ton, Berikut 10 Provinsi Produksi Beras Terbesar di Indonesia...
Kini petani di Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan mulai turun ke sawah untuk menyiapkan lahan. Mereka bersiap menyambut musim tanam pertama. Targetnya akhir Desember 2023 nanti para petani mulai menanam padi di sawah.
Namun para petani was-was, mereka khawatir pupuk langka, seperti yang biasa terjadi setiap tahunnya.
Salah satu petani di Bukit Napuh, Kelurahan Bukit Sari, Kecamatan Martapura, Aminudin (56) mengeluhkan masalah klasik itu.
"Yang jadi masalah ini pupuk sering susah didapat. Kami petani khawatir itu," kata Aminudin, Rabu 29 November 2023.
Diakuinya, masalah pupuk terjadi setiap musim tanam. Dia yang tergabung dalam kelompok tani merasakan kelangkaan pupuk setiap tahun.
Aminudin menjelaskan, kelompok tani mengajukan jumlah kebutuhan pupuk ke kelompok tani. Misalnya punya lahan sawah 1 hakter berarti kebutuhannya yakni 8 karung atau 4 kwintal pupuk. Pupuk tersebut berupa Urea dan Phonska.
Aminudin mengatkan, pupuk subsidi biasanya tersedia di bulan Januari untuk masa tanam pertama, kemudian sekitar bulan Juni pada masa tanam kedua. "Nah saat diajukan, jumlah didapat tidak sesuai yang diajukan. Sehinga pupuk masih kurang," jelasnya.
Jika pupuk kurang, maka dia sebagai petani kebingungan mencari pupuk. Sebab jika beralih ke pupuk non subsidi maka biaya akan membengkak.