Bagaimana Soal Hutang Orang yang Sudah Meninggal? Begini Penjelasan Gus Baha
Gus Baha sedang memberikan ceramah tentang nasihatnya mengenai penyelesaian hutang bagi orang yang telah meninggal dunia. Foto: ist--
BACA JUGA:Menggunung! Hutang Indonesia Rp 8.000 Triliun, Kata Kemenkeu Masih Aman, Ini Penjelasannya..
Bahkan Gus Baha memberikan contoh ketika seseorang terpaksa menjual rumah karena harus membayar hutang.
“Misalnya kamu harus jual rumah, malah istrimu tidak punya rumah,” lugas Gus Baha.
“Nah caranya gimana? Kalau kamu sholeh beneran, ini masyhur ya, jadi yang gak bisa diampuni Allah itu dain (hutang), bahkan Nabi tidak bersedia menyalati orang punya hutang,” kata Gus Baha.
“Jadi cerita hutang seperti ini, saya tidak main-main soal fatwa ini, Nabi itu, orang syahid saja dain (hutang)-nya dihisab apalagi yang tidak mati syahid,” sambung Gus Baha.
BACA JUGA:Ditunjuk Menjadi Plt Ketua KONI, Tugas Utama Mantan Wakil Rakyat Ini Menyelesaikan Hutang Piutang
“Walhasil Nabi datang di rumah salah satu sahabat, kemudian bertanya: ‘apa punya hutang?’, kemudian dijawab ‘punya ya Rasulullah, dua dirham’.”
“Setelah itu nabi bilang, ‘temanmu sholati!’, Nabi tidak bersedia menyalati tapi menyuruh sahabat menyalati,” ungkap Gus Baha Bahkan Nabi enggan menyholatkan orang yang masih memiliki hutang, namun ketika hutang si mayit ada yang menganggupi untuk membayar, nabi kemudian bersedia untuk menyholatkan si mayit.
“Masalahnya orang miskin yang tidak bisa bayar hutang kemungkinan anaknya untuk membayarkan kecil juga,” kata Gus baha.
“Menurut saya, dan ini ada di hadits shahih, ada orang kekasih Allah, hutangnya banyak, setelah itu ditagih dan dimaki-maki oleh orang-orang yang menghutangi itu,” sambung beliau.
“Allah menunjukkan satu surga yang luar biasa, Nabi kemudian ditanya itu surga untuk siapa? Dijawab itu surga bagi siapa saja yang membebaskan hutang orang yang berhutang padanya,” tegas beliau.
Oleh karena itu, dari kisah yang dijelaskan oleh Gus Baha bahwa jika yang berhutang itu orang sholeh maka yang memberi hutang juga akan masuk surga.
“Akhirnya orang yang menghutangi ikut masuk surga, berkahnya menghutangi,” tutup beliau.*