bacakoran.co

Gelar Adat Suku Komering, Ternyata Ini yang Berhak Menggunakannya, Termasuk 2 Presiden RI

GELAR ADAT : Gelar adat suku komering sumatera selatan pernah diberikan kepada Presiden Republik Indoensia, Joko Widodo pada tahun 2018 lalu. (foto : rakisa/sumutonline)--

BACA JUGA:Ribuan Manuscript Digital Tersimpan Disini, Ada Manuscript Palembang dan Ogan Komering Ilir

"Ini merupakan tradisi leluhur yang turun temurun. Inilah gelaran secara genetik," jelasnya.

Namun jika garis dari ibunya orang komering dan ayahnya bukan komering atau cucu perempuan dari anak laki-laki ataupun anak perempuan itu menurun Gelar Penyansan.

“Penyansan ini ada dua, pertama dalam bentuk barang. Misal lemari dari keluarga besar. Ada lagi yang berbentuk non barang, bisa berupa Gelaran Penghormatan,”jelasnya.

Untuk Gelar Penyansan, dari Umbay Akasnya mungkin karena adanya pertimbangan khusus karena ada kelebihan dari cucu tersebut

Kedua adalah pemberian gelar non genetik atau gelaran bagi bukan garis keturunan Komering.  “Adok atau gelaran itu diberikan, disebut Adok Pengankonan,”katanya.

BACA JUGA:Sempurnakan Kamus Bahasa Komering

“Misalnya diberikan kepada sesorang yang sudah lama berdomisili di Komering, dianggap  telah berbuat baik atau berjasa, dan juga sudah kental pergaulan, serta sudah dianggap keluarga sendiri,’ujarnya.

Hanya saja kata dia Adok itu tidak bisa lebih tinggi atau tidak sama dengan pemberi gelar. Diantara gelar adat tersebut misalnya Raden Kapitan, Jaya Kapitan, Temenggung Kapitan,”jelas Leo.

"Dulu gelar adat ini menunjukan status sosial dan ekonomi. Misalnya digelar Raja artinya dari bangsawan dan kekayaan yang lebih," katanya.

Selain Adok  Genetik dan Non Genetik tadi kata Leo, ada juga  gelar adat komering juga bisa deberikan sebagai tanda penghormatan.

BACA JUGA:Pesona Indah Gili Kondo, Bisa Jadi Pilihan Tempat wisata Bersama Keluarga..

"Gelar ini kita berikan mereka yang memiliki jabatan pemerintahan dan non pemerintahaan. Baik orang komering maupun bukan komering," katanya.

Dia mengatakan adok bagi pemimpin ini bisa ditingkat kabupaten, provinsi, tokoh nasional, petinggi nasional,  hingga presiden.

“Ada 2 Presiden Republik Indonesia yang pernah diberikan Adok atau Jajuluk atau Gelaran dari Suku Komering,”katanya.
Pertama kata dia adalah Megawati Sukarno Putri, peresiden ke 5 Indonesia.

Gelar Adat Suku Komering, Ternyata Ini yang Berhak Menggunakannya, Termasuk 2 Presiden RI

abdul kholid

Doni Bae


bacakoran.co – salah satu suku yang masih di lestari di provinsi sumatera selatan adalah

suku tersebut kini masih banyak tersebar di kabupaten ogan komering ulu (oku), oku timur, oku selatan dan ogan komering ilir.

suku ini juga banyak tersebar di kabupaten kota lain di sumatera selatan, hingga ke provinsi lampung.

salah satu ciri khas tersebut yang masih di lestarikan yaitu peberian kepada anak keturunan jolma komering atau orang komering.

gelar ada komering juga diberikan kepada orang-orang yang berjasa dalam pembangunan wilayah komering dan juga diberikan sebagai gelar penghormatan kepada orang-orang tertentu.

ketua umum lembaga adat kapupaten oku timur,  h leo budi rachmadi se menjelaskan pemberian gelar adat bagi suku komering adalah tradisi atau budaya adat yang turun temurun.

gelar adat di suku komering juga disebut dengan adok atau jajuluk atau gelaran.  leo menerangkan bahwa pemberian gelar adat suku  komering ada beberapa sebab.

pertama diberikan bagi orang yang ada darah suku komering, atau gelaran secara genetik.

“gelar adat suku komering bagi keturunan suku komering ini sebenarnya sudah ada sejak seseorang itu lahir. sebab gelaran itu turun temurun, dari kalangan tetua zaman dulu,”katanya.

“intinya kalau ada ‘darah komering’ dari garis bapak, seorang diberi adok penyimbang bagi anak laki-laki,”urainya.

"di komering itu ada tegak ginting atau tunas baru. atau adok dari kakek (akas) secara otomatis turun ke cucu laki-laki tertua dari anak laki-laki," jelas h leo.

misalnya, kata leo, jika kakeknya bergelar raja kapitan maka cucu laki-laki tertua dari anak laki-laki diberi gelar raja kapitan ii.

"ini merupakan tradisi leluhur yang turun temurun. inilah gelaran secara genetik," jelasnya.

namun jika garis dari ibunya orang komering dan ayahnya bukan komering atau cucu perempuan dari anak laki-laki ataupun anak perempuan itu menurun gelar penyansan.

“penyansan ini ada dua, pertama dalam bentuk barang. misal lemari dari keluarga besar. ada lagi yang berbentuk non barang, bisa berupa gelaran penghormatan,”jelasnya.

untuk gelar penyansan, dari umbay akasnya mungkin karena adanya pertimbangan khusus karena ada kelebihan dari cucu tersebut

kedua adalah pemberian gelar non genetik atau gelaran bagi bukan garis keturunan komering.  “adok atau gelaran itu diberikan, disebut adok pengankonan,”katanya.

“misalnya diberikan kepada sesorang yang sudah lama berdomisili di komering, dianggap  telah berbuat baik atau berjasa, dan juga sudah kental pergaulan, serta sudah dianggap keluarga sendiri,’ujarnya.

hanya saja kata dia adok itu tidak bisa lebih tinggi atau tidak sama dengan pemberi gelar. diantara gelar adat tersebut misalnya raden kapitan, jaya kapitan, temenggung kapitan,”jelas leo.

"dulu gelar adat ini menunjukan status sosial dan ekonomi. misalnya digelar raja artinya dari bangsawan dan kekayaan yang lebih," katanya.

selain adok  genetik dan non genetik tadi kata leo, ada juga  gelar adat komering juga bisa deberikan sebagai tanda penghormatan.

"gelar ini kita berikan mereka yang memiliki jabatan pemerintahan dan non pemerintahaan. baik orang komering maupun bukan komering," katanya.

dia mengatakan adok bagi pemimpin ini bisa ditingkat kabupaten, provinsi, tokoh nasional, petinggi nasional,  hingga presiden.

“ada 2 presiden republik indonesia yang pernah diberikan adok atau jajuluk atau gelaran dari suku komering,”katanya.
pertama kata dia adalah megawati sukarno putri, peresiden ke 5 indonesia.

megawati menerima gelar tersebut bersama dengan almarhum suaminya taufiq kiemas, di stadion utama gelora sriwijaya, jakabaring palembang, 26 juni 2004 lalu.

gelar itu diberikan langsung oleh gubernur sumsel ketika itu yaitu ir syahrial oesman.  "setelah di jakabaring pemberian gelar itu disahkan kembali di kediaman bapak syahrial oesman, di desa pulau negara, kecamatan bp peliung, kabupaten oku timur," cerita h leo.

gelar lengkap yang diterima  megawati adalah nyimas ratu junjungan, yang berarti sebutan agung seorang pemimpin yang menjadi tambatan hati nurani rakyat.

sedangkan taufiq kiemas diberi gelar buay junjungan raja, berarti seorang kepercayaan, pengayom, pembimbing dan pendamping kepala negara.

presiden ri lainnya yang pernah diberikan adok komering adalah presiden joko widodo.   presiden berdarah jawa itu diberi adok raja balaq mangku negara. artinya rajabesar pemangku negara.

kemudin ibu negara iriana jokowi mendapat gelar ratu indoman, yang artinya ratu yang mengayomi sekaligus tempat berkeluh kesah dan memberikan pelindungan bagi negara.

gelar adat untuk jokowi dan iriana jokowi itu diberikan oleh gubernur sumsel periode 2018-2023, h herman deru di griya agung palembang, pada minggu 25 november 2018.

"masih ada lagi tokoh nasional yang pernah diberi adok. seperti profesor jimli assidiki saat jabat kepala dkpp, dan juga husni kamil manik, yang waktu itu ketua kpu ri," pungkasnya.(lid)

Tag
Share