bacakoran.co – semua tentu ingin membantu agar anak-anaknya berkembang menjadi orang yang hebat.
oleh karenanya, terkadang para orang tua tanpa sadar melakukan berlebihan atau .
mereka terlalu terlibat dalam kehidupan sang anak.
hal ini lah yang akhirnya membuat batas antara “berada di sana” untuk anak-anak dengan menjadi orang tua yang egois dan selalu mengatur menjadi kabur.
lantas apakah kita termasuk orang tua yang seperti itu?
untuk membantu menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat beberapa hal yang kamu lakukan setiap hari:
mengatur banyak waktu bermain
bermain dengan anak-anak di rumah
mengajak anak ke taman dan tempat menarik lainnya
menjadi sukarelawan di ruang kelas dan acara sekolah lainnya
mengantarkan anak ke kegiatan sepulang sekolah, seperti pelajaran olahraga dan musik
mengawasi pekerjaan rumah setiap malam
membuatkan makan malam keluarga setiap malam
membacakan cerita untuk anak-anak sebelum tidur
berpelukan dengan anak-anak sebelum mereka tertidur
daftar ini mungkin tidak ada habisnya.
nah, berikut 8 tanda untuk membantu menentukan apakah orang tua melakukan pola asuh berlebihan atau tidak:
1. kebahagiaan adalah satu-satunya tujuan
kita kadang hanya fokus untuk menjaga dan membuat anak-anak bahagia.
padahal, itu dapat merampas kemampuan anak untuk menangani emosi yang besar.
hal ini dapat membuat anak menjadi egois dan mengabaikan atau bahkan mengeksploitasi penderitaan orang lain.
2. memuji segalanya
memberikan kata pujian sesekali kepada anak adalah suatu hal yang baik.
namun, salah satu tanda besar bahwa orang tua melakukan pola asuh berlebihan adalah ketika memuji anak atas semua yang dilakukannya.
memang anak-anak membutuhkan dorongan, tetapi orang tua bisa saja bertindak berlebihan.
misalnya memberikan “tos” dan beberapa “pekerjaan bagus”.
namun, begitu anak-anak menguasai tugas baru, inilah waktunya untuk mundur sehingga mereka belajar untuk bertahan sendiri, tanpa pujian dari luar.
3. berbuat terlalu banyak untuk anak
membawakan tas anak-anak yang sangat berat adalah hal baik.
lain halnya saat membawakan tas anak saat isinya kosong.
jika tidak berhati-hati, hal itu akan membuatnya menjadi manja, selalu minta dilayani.
4. menghargai segalanya
memberi penghargaan atas suatu perilaku yang diinginkan akan membuat anak mengulanginya lagi di masa depan.
seperti “menyuap” anak dengan mainan agar mereka mau berperilaku baik di toko kelontong.
namun, melakukan hal ini membuat anak-anak menjadi termotivasi lantaran ada “bujukan” daripada kesadaran sendiri.
jika anak selalu mencari apa yang akan dia dapatkan setiap kali melakukan sesuatu, kamu mungkin telah melakukn pola asuh berlebihan.
5. ekspektasi yang rendah pada anak
jika ingin membantu anak-anak berkembang, membagi tugas sesuai usia adalah kuncinya.
bekerja sama tapi membatasi membantu anak-anak menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga mereka dapat menyelesaikannya secara mandiri.
namun, ketika harapan orang tua berada di bawah apa yang dapat diberikan oleh anak, maka itu merugikannya.
itu berarti orang tua telah merampas kemampuannya untuk memahami tanggung jawab, memecahkan masalah yang sesuai dengan usianya, dan menemukan cara membuat keputusan penting dalam hidup.
6. memberikan banyak peringatan dan pengingat
setelah orang tua menetapkan tugas dengan jelas, langkah selanjutnya adalah mundur dan membiarkan anak-anak meraba-raba, tersandung, dan memikirkannya sendiri.
jika orang tua ingin membantu, hindari memberi tahu mereka apa yang harus dilakukan, kapan melakukannya, dan bagaimana melakukannya.
jika mereka tampak kesulitan, jangan langsung turun tangan dan membantu.
sebaliknya, ajukan pertanyaan yang akan membantunya berpikir apa solusi dari permasalahan tersebut.
7. membantu tanpa diminta
terkadang, saking sayangnya dengan anak-anak, orang tua akan melakukan segalanya untuk mereka.
perlu diingat, jika ingin anak berkembang secara sosial, sebaiknya biarkan mereka mencari tahu siapa temannya tanpa bimbingan mu.
orang tua juga terkadang lebih suka melakukan sesuatu untuk anak-anak dengan alasan dapat menyelesaikannya lebih cepat jika melakukannya sendiri.
hal tersebut dapat melemahkan kemampuannya untuk menghadapi dan mengatasi masalah yang dihadapi saat sang orang tua tidak ada.
sebaliknya, ketika orang tua menyerahkan tanggung jawab ini kepada anak-anaknya, mereka mengirimkan pesan tak langsung yang sangat kuat:
saya yakin kamu bisa melakukannya sendiri!
saya percaya kamu!
dengan melakukan hal ini, anak-anak akan menjadi jauh lebih kreatif, banyak akal, dan percaya diri seiring dengan bertambahnya usia mereka.
8. menghindari kesalahan
dikatakan bahwa jalan menuju kebijaksanaan berliku, penuh banyak lubang dan kesalahan.
bertentangan dengan anggapan umum saat ini, penelitian menunjukkan bahwa kunci dari semua jenis pembelajaran adalah pengalaman.
anak harus belajar melalui trial and error bagaimana menyempurnakan berbagai keterampilan.
seperti belajar mengendarai sepeda.
mereka harus jatuh dan melakukan penyesuaian penting di sepanjang jalan.
melakukan hal ini akan membuat mereka makin ahli ke depannya.
kuncinya adalah membiarkan anak-anak belajar dari kesalahan.
terlibat dalam kehidupan anak adalah hal yang sehat dan menyenangkan.
namun, jika orang tua terlalu terlibat dan melakukan pola asih berlebihan, maka akan membuat sang anak sulit hidup mandiri, mengambil tanggung jawab, atau berharap dilayani ketika ada orang lain.