4 Sahabatnya Meninggal, Muhammad Ridho Selamat Setelah Berguling dan Ngesot Dari Atas Marapi, Ini Penuturanya
PEMULIHAN : Muhammad Ridho, salah satu korban selamat dalam peristiwa erupsi Marapi saat menjalani masa pemulihan di RSAM Bukitt Tinggi. (foto radarbanyumas.co)--
BACAKORAN. CO -- Peristiwa erupsi Gunung Marapi, di Sumatera Barat pada 3 Desember 2023 lalu takkan bisa hilang dari ingatan Muhammad Ridho.
Mahasiswa berusia 21 tahun itu adalah salah satu pendaki yang selamat dalam peristiwa yang merenggut 23 nyawa itu.
Bahkan dalam peristiwa itu, 4 sahabat Muhammad Ridho yaitu Nazatra Atzin Mufadhal, M. Wilky Saputra, Ilham Nanda Bintang dan M Adnan ikut tewas.
Mereka meregang nyawa tertimpa batu dan debu panas tersebut yaitu Nazatra Atzin Mufadhal, M. Wilky Saputra, Ilham Nanda Bintang dan M Adnan.
BACA JUGA:Innalilahi 23 Pendaki Gunung Marapi Dipastikan Meninggal, Alat Pendeteksi Vulkanik Hilang
BACA JUGA:Terindentifikasi Tiga Pendaki Marapi, Korban Mahasiswa Polteknik Negeri Padang, Berikut Namanya!
Ditemui wartawan, di ruang rawat inap RS AM Bukittinggi pada Kamis, 7 Desember 2023, Muhammad Ridho yang masih dalam masa pemulihan menceritakan peristiwa memilukan itu.
Dia menuturkan saat letusan dahsyat Marapi terjadi, pada 3 Desember sekira pukul 15.00 WIB, ia dan 6 rekannya dalam perjalanan menuju cadas setelah meninggalkan Tugu Abel Tasman.
"Erupsi itu terjadi tiba-tiba, tidak ada tanda-tanda sebelumnya,"ujarnya.
Karena panik, Ridho dan kelompoknya spontan belari menyelamatkan diri. Tujuan mereka hanya satu, yaitu turun ke bawah atau ke kaki gunung.
BACA JUGA:PVMBG Tetapkan Gunung Marapi Status Waspada, Kenapa Jalur Pendakian Masih Dibuka?
BACA JUGA:Ini Daftar Nama Pendaki Berhasil Turun dan Masih Terjebak Erupsi Gunung Marapi Sumbar
"Waktu kejadian Kami berjarak sekitar 40 meter dari pusat kawah. Saat itu, ada sekitar 20 pendaki lain yang posisinya dekat dengan kami," tuturnya.
Dia mengatakan, suasana saat itu langsung kacau. Semua pendaki bergegas turun.
"Letusan itu disusul hujan batu panas. Setelah itu menyusul debu vulkanis dan bau belerang yang menyengat,"katanya.
"Tiba-tiba suhu di sekitar kami terasa sangat panas. Saya pikir, saya akan mati saat itu," kataya mengenang kejadian itu.
Semburan material dari perut Marapi itu membuat Ridho dan kelompoknya berlari dalam rombongan terpecah.
BACA JUGA:GASKEN! Dinas Pendidikan DKI Jakarta Lagi Buka Lowongan Kerja Untuk Calon Tenaga KKI Non ASN, Yuk Daftar
Sebab saat itu jarak pandang mereka juga terhalang debu. Ridho dan dua rekannya terpisah dari kelompok.
Salah seorang di antaranya mengalami patah kaki akibat terjatuh saat berlari. Semua dicekam rasa ketakutan. Apalagi, semburan abu dan hujan batu panas tak kunjung berhenti.
"Saya terus berlari turun, jatuh, terpental, terguling, tapi saya terus menuju ke bawah sambil merangkak dan ngesot,"ucapnya.
"Waktu itu Saya tidak tahu pasti keadaan kaki saya. Saya mencoba berdiri, tapi tidak bisa," paparnya.
BACA JUGA:HORE! Libur Telah Tiba Nilai Raport Bagus, Cek Destinasi Wisata, Mau Kemana Ya?
Dalam posisi ngesot itu, Ridho mencapai area yang terbuka. Dalam hatinya, ini celaka, tidak ada yang bisa melindunginya dari batu dan debu panas.
"Saya coba menghindari batu, tetap tidak bisa. Jumlahnya terlalu banyak dan tidak terlihat," katanya. Kepala Ridho sempat tersambar batu panas yang dimuntahkan Marapi.
"Sambil ngesot dan berguling-guling, saya akhirnya sampai ke area yang ada belukarnya. Semak-semak. Saya berlindung di sana untuk menyelamatkan diri," sambung Ridho.
Bersama rekannya Aditia Sukirno Putra dan Muhammad Arbi Muharman, dia tiba di pos terdekat sekitar pukul 16.00 WIB atau sekitar satu jam setelah letusan pertama.
BACA JUGA:Sobat Muslim Harus Tahu! Dibalik Bulan Jumadil Akhir Ada Peristiwa Istimewa dan Bersejarah Loh
Ridho lantas berlindung di bawah meja-meja yang ada di pos itu. "Dari kami bertiga, Adit yang kondisinya paling baik. Saya memintanya segera turun dan meneruskan informasi bahwa saya dan Arbi masih di atas," terangnya.
Dari pos itu, sebenarnya Ridho sudah berusaha menghubungi keluarganya. Namun, handphone-nya ternyata terserempet batu panas dan tak bisa digunakan.
Bersama Arbi di pos tersebut, Ridho mengingat kembali upayanya untuk menyelamatkan diri. Sepanjang rute, dia melihat beberapa pendaki lain tergeletak. Ada juga yang minta tolong.
"Sebenarnya ada keinginan menolong pendaki lain, tapi kondisinya begitulah," ucapnya lirih.
BACA JUGA:Gasken Lur! Hadir di 2 Lokasi Simak Layanan SIM Keliling Depok Hari ini
Di pos itu, dia juga bertemu pendaki lain yang selamat. Setelah memberikan bekalnya dan sleeping bag yang dia bawa, pendaki itu memotret kondisi Ridho dan Arbi, lantas meneruskannya ke pos paling bawah.
Ridho dan Arbi tertahan di pos itu hingga hari berikutnya. Mereka baru dievakuasi pada Senin 4 Desember 2023 sekira pukul 12.00 WIB.
"Setahu saya, yang datang adalah masyarakat dan tim gabungan. Saya sangat berterima kasih kepada mereka semua," katanya.
Dikutip dari berbagai sumber, saat erupsi Merapi ada 75 orang yang berada di sekitar gunung tersebut.