5 Manfaat Telur Puyuh, Ampuh Cegah Stunting pada Balita

Konsumsi telur puyuh pada balita bisa memaksimalkan tumbuh kembang dan mencegah stunting. Foto : Sulis / Linggau Pos--

LUBUKLINGGAU, BACAKORAN.CO – Stunting kerap disebut-sebut dan disosialisasikan pemerintah.

Lalu apakah kita sudah memahami istilah stunting.

Dikutip BACAKORAN.CO dari laman Kementerian Kesehatan, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.

Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

BACA JUGA:Membongkar Penyebab Lambatnya Penurunan Stunting di Indonesia

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.

Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting, termasuk Pemerintah Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan.

BACA JUGA:Tak Masuk Akal! Anggaran Stunting Rp 4,4 Miliar, Beri Makanan Anak Sup Tahu dan Sawi, Apakah Bergizi?

Kenapa stunting perlu dicegah?

Pj Wali Kota Lubuklinggau Trisko Defriyansa mengatakan pencegahan stunting untuk menyelamatkan anak-anak Indonesia termasuk anak-anak Kota Lubuklinggau.

Agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.

Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu pertama, perbaikan terhadap pola makan, kedua pola asuh, serta ketiga perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

5 Manfaat Telur Puyuh, Ampuh Cegah Stunting pada Balita

Sulis

Hendra Agustian


– stunting kerap disebut-sebut dan disosialisasikan .

lalu apakah kita sudah memahami istilah stunting.

dikutip dari laman kementerian kesehatan, stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.

sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

kondisi tubuh yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan.

dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

salah satu fokus saat ini adalah pencegahan stunting, termasuk pemerintah kota lubuklinggau provinsi sumatera selatan.

kenapa stunting perlu dicegah?

lubuklinggau trisko defriyansa mengatakan pencegahan untuk menyelamatkan anak-anak indonesia termasuk anak-anak kota lubuklinggau.

agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.

terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan , yaitu pertama, perbaikan terhadap pola makan, kedua pola asuh, serta ketiga perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

pertama,  perbaikan pola makan.

dikutip bacakoran.co dari laman kemenkes ri, masalah dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.

istilah “isi piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.

bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.

dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak dari pada karbohidrat.

kedua, perbaikan pola asuh

sebagaimana kita tahu, stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita.

dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil dan stimulasi bagi janin, serta memeriksakan kandungan empat kali selama kehamilan.

bersalin di fasilitas kesehatan, lakukan inisiasi menyusu dini (imd) dan berupayalah agar bayi mendapat colostrum air susu ibu (asi). berikan hanya asi saja sampai bayi berusia 6 bulan.

setelah itu, asi boleh dilanjutkan sampai usia 2 tahun, namun berikan juga makanan pendamping asi.

jangan lupa pantau tumbuh kembangnya dengan membawa buah hati ke posyandu setiap bulan.

hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh pemerintah.

masyarakat bisa memanfaatkannya dengan tanpa biaya di posyandu atau puskesmas.

ketiga, perbaikan dari sisi sanitasi dan akses air bersih

bagaimanapun, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih, mendekatkan anak pada risiko ancaman penyakit infeksi.

untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.

pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) maka, dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya.

karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya.

lalu bagaimana mencegah stunting?

dari sisi pola makan, salah satu sumber protein yang bisa kita berikan pada si kecil yaitu telur puyuh.

apa sih manfaat telur puyuh bagi si kecil?

1) telur puyuh memiliki kandungan gizi yang dapat membantu pencegahan stunting meningkatkan tumbuh kembang anak balita karena telur puyuh memiliki kandungan protein dan vitamin yang tinggi.

2) telur puyuh juga ampuh untuk meningkatkan imunitas dan kekebalan anak.

3) telur puyuh meningkatkan imunitas maksudnya protein adalah elemen yang mendukung sistem kekebalan anak.

4) telur puyuh kaya akan kolesterol baik untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah dan mendukung perkembangan.

5) telur puyuh bisa melindungi mata dan mengandung zat anti kanker. 

dengan harganya yang sangat terjangkau hanya rp 40 ribu per karpet, masyarakat tentu dapat dengan mudah memberikan asupan protein dari telur puyuh pada si kecil setiap hari.

lalu berapa porsi makan telur puyuh?

pemberian jumlah telur puyuh kepada bayi perlu disesuaikan dengan usia. dimana saat memulai mpasi di usia 6 bulan hingga 12 bulan, telur puyuh yang diberikan berjumlah satu butir setiap harinya.

apabila bayi sudah menginjak usia 12 bulan hingga 3 tahun, pemberian telur puyuh berjumlah dua butir setiap harinya.

lalu apakah telur puyuh bisa dikonsumsi bayi dibawah 6 bulan?

sama seperti makanan bayi lainnya telur puyuh  boleh diberikan setelah bayi berusia 6 bulan ke atas.

sebelum usia tersebut bayi hanya boleh minum susu baik asi maupun susu formula.

mpasi dini tidak dianjurkan karena bisa berbahaya untuk bayi.(*)

Tag
Share