bacakoran.co

Benarkah Bertakbir Ketika Naik Tangga dan Bertasbih Ketika Turun Tangga Bagian dari Sunnah?

Terlihat seseorang dengan penuh khidmat mengucapkan takbir ketika berada di tangga yang menanjak. Foto: Ilustrasi--

Dalam perjalanannya, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendaki bukit ia mengucapkan takbir dan ketika turun ke lembah ia mengucapkan tasbih.

Namun tidak ada laporan dalam sunnah (ajaran kenabian) tentang melakukan hal itu saat hanya berkegiatan atau tidak dalam perjalanan jauh.

Amalan ibadah itu didasarkan pada tauqif yaitu terbatas pada apa yang diriwayatkan dalam riwayat yang sehat.*

Benarkah Bertakbir Ketika Naik Tangga dan Bertasbih Ketika Turun Tangga Bagian dari Sunnah?

zeri

Hendra Agustian


bacakoran.co - bertakbir ketika melewati jalanan yang naik dan bertasbih ketika menuruni tangga adalah bagian dari nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

anjuran untuk ber ketika melewati jalanan yang naik dan bertasbih ketika menuruni suatu jalanan disebutkan dalam beberapa riwayat hadits. 

mengejar pahala dengan mengamalkan sunnah nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan ciri dari seorang ahlus sunnah. 

ahlu atau hadits merupakan keluarga rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau orang yang mendapat pengakuan dari rasulullah.

karena itu, dalam bersikap dan bertindak terutama dalam amal, setiap mukmin perlu mendasarinya dengan dalil selama memungkinkan. 

meski begitu, perihal hal ini berbeda pendapat dari para ulama yaitu ada yang menganjurkan dan ada yang tidak. 

ulama yang menganjurkan untuk membaca takbir dan tasbih ketika naik turun tangga dikarenakan bacaan ini dianjurkan untuk setiap kegiatan. 

disunnahkan untuk membaca tasbih dan takbir ketika menaiki dan menuruni sesuatu termasuk tangga eskalator.

sedangkan ulama sebagian ulama lain yang tidak menganjurkan untuk membaca tasbih dan takbir ketika menaiki dan menuruni tangga termasuk tangga eskalator.

akan tetapi bacaan ini dianjurkan ketika melakukan perjalanan yang melewati jalanan yang naik maupun turun.

imam ibnu utsaimin ketika ditanya mengenai hal ini, beliau menjawab :

“nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau safar, jika beliau melewati jalanan yang naik, maka beliau bertakbir.

dan jika menuruni lembah, beliau bertasbih. ketika seseorang berada di posisi yang tinggi, terkadang orang merasa tinggi jiwanya, sehingga dia merasa besar.

karena itu, dzikir yang sesuai adalah mengagungkan allah swt dengan membaca allahu akbar.

sementara ketika turun, maka dia merendah, sehingga dzikir yang lebih sesuai adalah bertasbih.”

kemudian beliau melanjutkan,

“dan tidak dijumpai dalam dalil yang shahih, beliau melakukan itu ketika tidak dalam keadaan safar.

sementara ibadah dibangun diatas prinsip mengikuti dalil. sehingga harus sesuai riwayat yang ada.

karena itu, ketika seseorang naik tangga di rumah, maka dia tidak dianjurkan untuk membaca takbir.

demikian pula ketika turun, tidak dianjurkan untuk bertasbih. namun ini khusus ketika safar.”

tidak hanya itu, terdapat beberapa hadits yang menyebutkan mengenai hukum sunnah membaca takbir dan tasbih naik turun tangga.

hadits dari jabir bin abdillah radhiyallahu’anhuma, beliau mengatakan :

“kami para sahabat ketika melewati jalanan yang naik, kami bertakbir. dan ketika melewati jalanan yang turun, kami bertasbih.” hr. bukhari.

para sahabat ketika safar, mereka melintasi padang pasir dan daerah yang penuh dengan perbukitan, sehingga mereka melewati jalanan menaiki bukit atau menuruni lembah.

dilanjutkan keterangan dari ibnu umar radhiyallahu’anhuma, beliau menceritakan :

“nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan pasukannya apabila melewati jalanan perbukitan yang naik, mereka bertakbir, dan apabila mereka turun, mereka bertasbih.” hr. abu daud dan dishahihkan al-albani.

selain itu terdapat riwayat kisah mengenai sunnahnya membaca takbir dan tasbih ketika naik turun tangga.

tangga memang sudah ada di zaman nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana muadzin di madinah yang naik turun tempat yang tinggi untuk mengumandangkan adzan.

nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika tiba di madinah pertama kali juga tidur di rumah abu ayyub al-anshari radhiyallahu’anhu.

nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketik itu tinggal di lantai dua rumah beliau dan tidak dijumpai riwayat tersebut.

nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membaca takbir dan tasbih ketika naik turun tangga ketika di rumah abu ayyub.

sehingga dzikir ini hanya berlaku bagi orang yang melewati jalanan naik dan jalanan turun ketika safar atau bepergian, bukan pada semua kegiatan yang naik turun.

abu dawud meriwayatkan bahwa ibnu umar mengajarkan kepadanya : “bahwa apabila rasulullah saw menaiki untanya, ketika hendak berangkat dalam suatu perjalanan, ia mengucapkan takbir sebanyak tiga kali.

maka ia pun mengucap takbir sebanyak tiga kali, kemudian membaca do’a yang artinya : “maha suci allah yang menjadikan (angkutan) ini untuk melayani kami dan kami sendiri tidak akan mampu melakukan itu, dan kepada kami tuhanlah tujuan akhir kami.

ya allah, kami memohon kepada-mu kebenaran dan ketaqwaan dalam perjalanan kami ini, dan kami memohon kepada-mu amal yang diridhai-mu.

ya allah mudahkan perjalanan kami dan biarlah cepat menempuh jaraknya.

ya allah engkau adalah sahabat dalam perjalanan dan penerus (yang menjaga mereka ketika seseorang tidak ada) atas keluarga.)

dalam perjalanannya, ketika nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendaki bukit ia mengucapkan takbir dan ketika turun ke lembah ia mengucapkan tasbih.

namun tidak ada laporan dalam sunnah (ajaran kenabian) tentang melakukan hal itu saat hanya berkegiatan atau tidak dalam perjalanan jauh.

amalan ibadah itu didasarkan pada tauqif yaitu terbatas pada apa yang diriwayatkan dalam riwayat yang sehat.*

Tag
Share