bacakoran.co

Didorong Faktor Ini, Rupiah Berakhir di Zona Hijau pada Penutupan Perdagangan

Nilai tukar rupiah berakhir di zona hijau pada penutupan perdagangan Kamis (18/1/2024) sore.--

BACA JUGA:Rupiah Ditutup Lunglai Lagi Dihadapan Dolar AS, Sentimen Ini Jadi Penyebab

Ditambah lagi kondisi pertumbuhan ekonomi China yang jauh dari harapan, tidak mampu melampaui 5 persen.

Seperti diberitakan, BI memutuskan kembali menahan suku bunga acuan alias BI rate di level 6 persen pada Januari 2024.

Suku bunga deposit facility saat ini berada di posisi 5,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 6,75 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa keputusan mempertahankan suku bunga acuan pada posisi 6 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang prostablity.

BACA JUGA:Jelang Pengumuman Suku Bunga Acuan BI, Rupiah Lanjut Loyo Pagi Ini

“Guna penguatan stabilitas NTR serta langkah preemtive dan forward looking untuk memastikan inflasi terkendali (pada) 2024 dan 2025," ujarnya.

Sedangkan stabilisasi nilai tukar rupiah akan dilakukan melalui intervensi di pasar valuta asing pada spot, DNDF dan SBN.

Lalu penguatan strategi moneter yang pro market seperti optimalisasi SRBI dan SUVBI.

"Penguatan kebijakan transparansi SBDK dengan fokus pada suku bunga kredit per sektor ekonomi," pungkasnya.

Didorong Faktor Ini, Rupiah Berakhir di Zona Hijau pada Penutupan Perdagangan

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – menutup perdagangan kamis (18/1/2024) di zona hijau.

nilai tukar rupiah berada di posisi rp15.624 per usd, naik 20 poin atau 0,12 persen dibanding perdagangan sehari sebelumnya.

penguatan rupiah didorong sikap pelaku pasar yang tampaknya telah menyesuaikan diri dengan ketidakpastian global, kapan federal reserve system alias the fed akan memangkas suku bunganya.

juga imbas dari kebijakan yang memutuskan menahan suku bunga acuan di angka 6 persen.

analis pasar uang ibrahim assuaibi mengatakan, ekspektasi pelaku pasar terhadap peluang pemangkasan suku bunga the fed lebih awal di bulan maret telah berkurang.

“berdasarkan alat pengukur fedwatch cme, ekspektasinya (pemangkasan suku bunga) menurun dari 76,9 persen menjadi 62,2 persen,” terangnya.

saat ini, pasar tengah menunggu data penjualan ritel as yang akan dirilis kamis (18/1/2024) waktu setempat.

pasar ingin melihat, terangnya, apakah belanja konsumen tetap moncer di tengah wacana suku bunga yang masih tinggi.

di inggris, inflasi naik untuk pertama kalinya dalam 10 bulan terakhir.

indeks harga konsumen (ihk) utama di inggris naik dari 3,9 persen pada november menjadi 4 persen di bulan di desember 2023.

sedangkan inflasi kawasan eropa pun diperkirakan melonjak dari 2,4 persen pada november menjadi 2,9 persen di bulan desember 2023.

masih tingginya inflasi, jelas ibrahim, memupus harapan bank sentral inggris maupun eropa untuk memangkas suku bunganya dalam waktu dekat.

ditambah lagi kondisi pertumbuhan ekonomi china yang jauh dari harapan, tidak mampu melampaui 5 persen.

seperti diberitakan, bi memutuskan kembali menahan suku bunga acuan alias bi rate di level 6 persen pada januari 2024.

suku bunga deposit facility saat ini berada di posisi 5,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 6,75 persen.

gubernur bi perry warjiyo menjelaskan bahwa keputusan mempertahankan suku bunga acuan pada posisi 6 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang prostablity.

“guna penguatan stabilitas ntr serta langkah preemtive dan forward looking untuk memastikan inflasi terkendali (pada) 2024 dan 2025," ujarnya.

sedangkan stabilisasi nilai tukar rupiah akan dilakukan melalui intervensi di pasar valuta asing pada spot, dndf dan sbn.

lalu penguatan strategi moneter yang pro market seperti optimalisasi srbi dan suvbi.

"penguatan kebijakan transparansi sbdk dengan fokus pada suku bunga kredit per sektor ekonomi," pungkasnya.

Tag
Share