bacakoran.co

Bolehkah Tidak Saling Bertegur Sapa Karena Suatu Masalah? Ini Loh Aturan Kalau Lagi Berantem dalam Islam

Terlihat dua orang muslim yang saling bertegur sapa dengan senyum, menunjukkan pentingnya menjaga hubungan yang baik dalam Islam. ( Sumber Foto: freepik)--

Bolehkah Tidak Saling Bertegur Sapa Karena Suatu Masalah? Ini Loh Aturan Kalau Lagi Berantem dalam Islam

Zeri

djarwo


- memiliki aturan ketika seseorang sedang bertengkar dalam dengan sesama terlebih tidak bertegur sapa.

islam melarang umatnya untuk membenci orang lain, memutus hubungan dengan sesama dan bahkan tidak bertegur sapa.

larangan untuk kesal dan tidak bertegur sapa dalam islam ini hendaknya tidak dilakukan lebih dari tiga hari.

hal ini dikarenakan tidak bertegur sapa dengan sesama justru dapat mendatangkan murka .

rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan ancaman allah swt pada yang tidak saling tegur sapa dengan muslim lainnya.

konsekuensi dari pertikaian yang lebih dari tiga hari ini menyebabkan allah swt menangguhkan ampunan dosa keduanya yang sedang bertikai.

hal ini dikarenakan setiap hari dan kami, seluruh amal manusia diperlihatkan dan diperhitungkan di hadapan allah swt.

dari abu hurairah radhiyallahu’anhu, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

"pada setiap hari senin dan kamis seluruh amal perbuatan diperlihatkan dan diperhitungkan.

maka, allah mengampuni bagi setiap orang yang tidak menyekutukan-nya dengan sesuatu, kecuali seorang yang saat itu sedang ada perseteruan antara ia dengan saudaranya.

kemudian allah berfirman, “tinggalkan kedua orang ini sampai keduanya saling berbaikan”." hr. muslim.

akan tetapi, imam nawawi dalam syarah shahih muslim membatasi larangan dalam hadits yang dijelaskan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

terdapat pengecualian untuk tidak bertegur sapa dengan ahli bid’ah dan para pelanggar dosa bahkan tanpa batas waktu.

keterangan ini didasarkan dari hadits riwayat abdullah bin umar radhiyallahu’anhu, hadits abdullah bin mughaffal radhiyallahu’anhu dan hadits riwayat ka’ab bin malik ra.

namun perlu diingat bahwa abu sulaiman al-khaththabi dalam mau’alim as sunan menambahkan bahwa hal tersebut hanya berlaku dalam urusan agama.

sebaiknya umat muslim tidak bermuka masam, bersikap kaku maupun mendiamkan sesama muslim dalam hal pergaulan terutama bagi pelaku bid’ah.

rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah memboikot atau mendiamkan seorang sahabatnya, ka’ab radhiyallahu’anhu dan dua temannya yang mundur dari perang tabuk tanpa alasan syar’i.

perang tabuk terjadi pada tengah hari ketika matahari arab sedang terik-teriknya, kaum muslimin harus menempuh perjalanan jauh dan menghadapi musuh yang besar.

pada saat itu, waktu keberangkatan menuju perang tabuk bersamaan dengan musim panen sehingga membuat ka’ab menunda-nunda keberangkatan.

hal ini menyebabkan ketika pasukan kaum muslimin berangkat menuju perang tabuk, ka’ab masih bersiap sedangkan seluruh pasukan dan rasulullah saw sudah berjalan sangat jauh.

ka’ab menyesali perbuatannya dan merasa dirinya lemah serta munafik karena pada saat itu orang madinah yang tidak ikut perang adalah orang munafik atau yang memiliki uzur.

singkat cerita, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendatangkan orang-orang yang absen dari perang tabuk.

mereka mulai berdatangan dan mengemukakan alasan masing-masing bahkan ada pula yang bersumpah atasnya.

ka’ab memberikan alasan dengan sejujur-jujurnya dihadapan rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

ka’ab dan beberapa sahabatnya yang sedang dihukum oleh rasulullah saw itu didiamkan dan sama sekali tidak diajak bicara termasuk keluarganya selama 50 hari.

terlebih lagi, orang-orang dari bani salamah terus menerus menyalahkannya karena absen dari perang sehingga membuat rasulullah saw kecewa.

namun ketika di hari ke-50, turunlah surat at-taubah ayat 117-119 yang berisi penerimaan tobat ka’ab dan beberapa orang muslimin dari perang tabuk.

ayat ini menjadi landasan agar setiap muslim tidak mendiamkan seseorang dan segera memaafkan jika terdapat kesalahan.

allah swt berfirman dalam qs. al-hujurat : 10  bahwa sejatinya seluruh orang-orang mukmin merupakan saudara seperti saudara dalam nasab.

 “sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaranya (yang bertikai) dan bertakwalah kepada allah agar kamu dirahmati."

hal ini dikarenakan terdapat kesamaan unsur keimanan antar sesama muslim sehingga prinsip agama islam mengajarkan agar setiap muslim memiliki hubungan yang baik.

allah swt pun menekankan mengenai persaudaraan sesama muslim dalam qs. al-imran : 103. 

“ingatlah akan nikmat allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, kemudian allah mempersatukan hatimu, lalu jadilah kalian orang-orang yang bersaudara, karena nikmat allah.”

rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagai gambaran bahwa muslim dengan muslim lainnya ialah ibarat satu tubuh.

“perumpamaan kaum mukminin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka adalah bagaikan satu jasad, apabila satu anggota tubuh sakit maka seluruh badan akan susah tidur dan terasa panas.” hr. muslim.

rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

“setan (iblis) telah putus asa untuk disembah oleh orang yang rajin shalat di jazirah arab.

namun dia selalu berusaha untuk memicu permusuhan dan kebencian.” (hr. muslim 2812 dan ibn hibban 5941).

hadits ini bercerita mengenai keputusasaan setan ketika mellihat kaum muslimin telah semakin menguat dan bersinar di negeri arab.

namun setan tidak akan pernah berhenti menggoda manusia terutama untuk membuat keretakan hubungan antar sesama muslim. (*)

Tag
Share