Rektor UGM Hormati Petisi Bulaksumur, Tapi Tak Ikut Kritik Jokowi

Rektor UGM Hormati Petisi Bulaksumur, Tapi Tak Ikut Kritik Jokowi.gbr. ilustrasi bacakoran--

BACAKORAN.CO - JAKARTA - Petisi Bulaksumur yang mengguncang dunia akademik Indonesia ternyata tidak sepenuhnya didukung oleh rektorat Universitas Gadjah Mada (UGM).

Meski menghormati aspirasi yang disampaikan oleh sejumlah guru besar, dosen, mahasiswa, dan alumni UGM, rektorat tetap menjaga jarak dari gerakan yang menyoroti penyimpangan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu.

Petisi Bulaksumur dibacakan pada Rabu, 31 Januari 2024, di Balairung UGM, Sleman, Yogyakarta.

Dalam petisi tersebut, sivitas akademika UGM menyesalkan tindakan-tindakan menyimpang yang terjadi pada masa pemerintahan Jokowi, yang juga merupakan alumni UGM.

BACA JUGA:Ketidakpercayaan Terhadap Jokowi: Gerakan Kampus dan Petisi sebagai Bentuk Protes Akademisi

Mereka menuntut Jokowi dan semua pejabat negara untuk kembali pada koridor demokrasi dan mengedepankan nilai-nilai kerakyatan dan keadilan sosial.

Namun, rektorat UGM tidak terlibat dalam pembacaan petisi tersebut.

Sekretaris Universitas UGM Andi Sandi Antonius mengatakan bahwa petisi tersebut hanya mewakili sebagian elemen kampus saja, dan rektorat hanya memfasilitasi pembacaan sikap tersebut.

Rektor UGM Ova Emilia pun tidak hadir dalam acara tersebut, karena sedang berada di Jakarta untuk mengikuti acara Kagama.

Selasa, 7 Februari 2024, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni UGM Arie Sujito mengungkapkan sikap Ova terhadap Petisi Bulaksumur.

Menurut Arie, Ova menghargai dan menghormati aspirasi yang disampaikan oleh sivitas akademika UGM, tanpa ada tekanan-tekanan apa pun.

“Ya Bu Ova biasa aja, ya menghargai. Bu Ova sebagai rektor ya menghormati aspirasi gitu, kan di UGM sendiri juga nggak ada tekanan-tekanan apa-apa,” kata Arie.

BACA JUGA:Terancam Sanksi Pidana, PNS Bergegas Deklarasi Netral Pemilu 2024, Siapa yang Jamin!

Arie juga menegaskan bahwa UGM selalu terbuka dan tidak melarang setiap elemen kampus untuk menyuarakan aspirasinya.

Dia menilai bahwa pembacaan petisi dan gerakan serupa di kampus lain merupakan cara yang wajar bagi komponen akademisi untuk menyikapi realita perpolitikan yang berlangsung.

“Yang paling penting kan didengarkan yang itu akan menjadi bagian dari tanggungjawab sebagai insan kampus,” ujar Arie.

Arie juga memberikan pandangannya tentang isu operasi intervensi terhadap gerakan kampus yang mengkritik pemerintah.

Dia menganggap bahwa hal itu merupakan ironi di era keterbukaan dan demokrasi.

Dia mengatakan bahwa intervensi tidak akan efektif di zaman sekarang, dan UGM akan tetap menjaga prinsip-prinsip demokrasi dan menghargai hak semua orang untuk berpendapat.

Rektor UGM Hormati Petisi Bulaksumur, Tapi Tak Ikut Kritik Jokowi

djarwo

djarwo


- jakarta - bulaksumur yang mengguncang dunia indonesia ternyata tidak sepenuhnya didukung oleh rektorat universitas gadjah mada (ugm).

meski menghormati aspirasi yang disampaikan oleh sejumlah guru besar, dosen, mahasiswa, dan alumni ugm, rektorat tetap menjaga jarak dari gerakan yang menyoroti penyimpangan pemerintahan (jokowi) itu.

petisi bulaksumur dibacakan pada rabu, 31 januari 2024, di balairung , sleman, yogyakarta.

dalam petisi tersebut, sivitas akademika ugm menyesalkan tindakan-tindakan menyimpang yang terjadi pada masa pemerintahan jokowi, yang juga merupakan alumni ugm.

mereka menuntut jokowi dan semua pejabat negara untuk kembali pada koridor demokrasi dan mengedepankan nilai-nilai kerakyatan dan keadilan sosial.

namun, rektorat ugm tidak terlibat dalam pembacaan petisi tersebut.

sekretaris universitas ugm andi sandi antonius mengatakan bahwa petisi tersebut hanya mewakili sebagian elemen kampus saja, dan rektorat hanya memfasilitasi pembacaan sikap tersebut.

rektor ugm ova emilia pun tidak hadir dalam acara tersebut, karena sedang berada di jakarta untuk mengikuti acara kagama.

selasa, 7 februari 2024, wakil rektor bidang kemahasiswaan, pengabdian masyarakat, dan alumni ugm arie sujito mengungkapkan sikap ova terhadap petisi bulaksumur.

menurut arie, ova menghargai dan menghormati aspirasi yang disampaikan oleh sivitas akademika ugm, tanpa ada tekanan-tekanan apa pun.

“ya bu ova biasa aja, ya menghargai. bu ova sebagai rektor ya menghormati aspirasi gitu, kan di ugm sendiri juga nggak ada tekanan-tekanan apa-apa,” kata arie.



arie juga menegaskan bahwa ugm selalu terbuka dan tidak melarang setiap elemen kampus untuk menyuarakan aspirasinya.

dia menilai bahwa pembacaan petisi dan gerakan serupa di kampus lain merupakan cara yang wajar bagi komponen akademisi untuk menyikapi realita perpolitikan yang berlangsung.

“yang paling penting kan didengarkan yang itu akan menjadi bagian dari tanggungjawab sebagai insan kampus,” ujar arie.

arie juga memberikan pandangannya tentang isu operasi intervensi terhadap gerakan kampus yang mengkritik pemerintah.

dia menganggap bahwa hal itu merupakan ironi di era keterbukaan dan demokrasi.

dia mengatakan bahwa intervensi tidak akan efektif di zaman sekarang, dan ugm akan tetap menjaga prinsip-prinsip demokrasi dan menghargai hak semua orang untuk berpendapat.

“kalau dulu di zaman orde baru ya karena ndak ada informasi yang terbuka, kalau sekarang masih membuat intervensi pasti tidak akan efektif.

bahwa secara simbolik itu orang pluralitas itu terjadi iya tapi intervensi di era demokrasi seperti ini pasti bentuk dari ironi dan ugm menjaga betul sebagai universitas belajar dan berprestasi dalam demokrasi memberi penghargaan kepada hak semua orang untuk berpendapat,” pungkasnya.

Tag
Share