Percepatan Pengembangan Vaksin TBC: Upaya Indonesia dalam Menangani Tuberkulosis
Percepatan Pengembangan Vaksin TBC: Upaya Indonesia dalam Menangani Tuberkulosis--
BACAKORAN.CO - Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, baru-baru ini menyoroti pentingnya pengembangan vaksin Tuberkulosis (TBC) terbaru.
Saat ini, vaksin TBC yang tersedia adalah Bacillus Calmette-Guerin (BCG), yang memberikan perlindungan parsial dan mencegah TBC berat pada bayi dan anak. Namun, vaksin ini tidak cukup untuk melindungi anak dan dewasa dari TBC.
Menkes Budi Gunadi Sadikin, yang juga merupakan anggota dewan dari negara yang terdampak TBC, berpendapat bahwa vaksin TBC baru dapat menjadi solusi perlindungan yang ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat.
Ia berharap negara-negara G20 akan melakukan investasi memadai untuk memastikan vaksin TBC baru dapat tersedia dalam tiga tahun mendatang.
“Apabila eliminasi TBC ingin dicapai pada 2030, kita hanya memiliki tiga tahun untuk mengembangkan vaksin TBC, agar dapat mulai digunakan di 2028. Pengembangan vaksin harus dilakukan secara fokus,” ujar Budi.
Dalam pengembangan vaksin TBC yang efektif untuk semua kalangan usia, diperlukan pencapaian 90 persen penurunan insiden dan 95 persen penurunan kematian akibat TBC. Oleh karena itu, vaksin TBC juga berpotensi untuk menahan penyebaran TBC resistensi obat.
Indonesia telah berkontribusi aktif dalam uji klinis kandidat vaksin TBC dengan melakukan tiga pengujian:
Pengembangan vaksin oleh Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF), yang sebelumnya telah melakukan penelitian epidemiologi di Indonesia.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa lebih dari 30 persen populasi sampel mungkin telah terinfeksi TBC.
BACA JUGA:4 Khasiat Bawang Merah, Salah Satunya Bisa Membantu Obati TBC
Vaksin yang dikembangkan melalui kerja sama perusahaan farmasi asal Cina, CanSinoBio, dan perusahaan biofarmasi asal Indonesia, Etana. Pengembangan vaksin ini menggunakan vektor virus dan saat ini sedang dalam uji klinis fase pertama.
Pengembangan vaksin oleh perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech, dan perusahaan farmasi asal Indonesia, Biofarma.
Pengembangan vaksin ini menggunakan teknologi mRNA dan saat ini sedang dalam penjajakan untuk lokasi uji klinis fase 2 di Indonesia.
Budi optimis bahwa investasi ini tidak hanya akan menyelamatkan nyawa, namun juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Ini menunjukkan komitmen kuat Indonesia dalam memerangi TBC dan berkontribusi pada upaya global untuk mengeliminasi penyakit ini.