Inggris dan Jepang Sudah Terjun ke Jurang Resesi, Siapa Selanjutnya Bakal Nyusul?

Ketidakpastian ekonomi global membuat sejumlah negara masuk resesi, seperti terbaru ada Inggris dan Jepang. Lantas negara mana yang selanjutnya bakal menyusul?--wirestock/freepik

BACAKORAN.CO – Inggris dan Jepang terjun ke dalam jurang resesi.

Itu setelah kedua negara maju tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

Dengan kondisi ini, pertanyaannya adalah negara mana yang kemungkinan akan menyusul?

Menurut Paul Donovan, kepala ekonom UBS Global Wealth Management, kemungkinan Amerika Serikat (AS) akan mengikuti jejak kedua negara tersebut.

BACA JUGA:Jepang Susul Inggris Masuk Jurang Resesi, Ternyata Ini Biang Keroknya!

Penyebab kontraksi ekonomi Jepang adalah populasi yang menyusut, yang telah mengalami penurunan sebesar 800.000 pada tahun 2022.

Mencatatkan kontraksi tahunan ke-14 secara berturut-turut.

Hal ini telah membatasi kemampuan pertumbuhan negara karena menyebabkan konsumsi yang lebih rendah.

Di Inggris, meski populasi dan upah mengalami pertumbuhan, namun tak cukup untuk mencegah penurunan belanja konsumen sebagai pendorong utama ekonomi.

BACA JUGA:Ekonomi Dunia Buruk, Giliran Inggris Terjun ke Jurang Resesi, Ini Tandanya!

Namun, situasi AS terlihat lebih baik.

Pertumbuhan PDB AS dalam dua kuartal terakhir jauh melampaui perkiraan, terutama karena belanja konsumen yang kuat.

AS juga memiliki keunggulan dengan stimulus pandemi sebesar US$5 triliun yang membantu keuangan rumah tangga dan ketergantungan energi yang lebih rendah terhadap Rusia.

Hanya saja, data penjualan ritel AS bulan Januari menunjukkan penurunan.

Inggris dan Jepang Sudah Terjun ke Jurang Resesi, Siapa Selanjutnya Bakal Nyusul?

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – inggris dan terjun ke dalam .

itu setelah kedua negara maju tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

dengan kondisi ini, pertanyaannya adalah negara mana yang kemungkinan akan menyusul?

menurut paul donovan, kepala ekonom ubs global wealth management, kemungkinan amerika serikat (as) akan mengikuti jejak kedua negara tersebut.

penyebab kontraksi ekonomi jepang adalah populasi yang menyusut, yang telah mengalami penurunan sebesar 800.000 pada tahun 2022.

mencatatkan kontraksi tahunan ke-14 secara berturut-turut.

hal ini telah membatasi kemampuan pertumbuhan negara karena menyebabkan konsumsi yang lebih rendah.

di inggris, meski populasi dan upah mengalami pertumbuhan, namun tak cukup untuk mencegah penurunan belanja konsumen sebagai pendorong utama ekonomi.

namun, situasi as terlihat lebih baik.

pertumbuhan pdb as dalam dua kuartal terakhir jauh melampaui perkiraan, terutama karena belanja konsumen yang kuat.

as juga memiliki keunggulan dengan stimulus pandemi sebesar us$5 triliun yang membantu keuangan rumah tangga dan ketergantungan energi yang lebih rendah terhadap rusia.

hanya saja, data penjualan ritel as bulan januari menunjukkan penurunan.

menandakan bahwa warga as menahan konsumsi setelah musim liburan.

meski pasar tenaga kerja tetap kuat dengan tingkat pengangguran di bawah 4 persen selama 2 tahun berturut-turut.

walau tidak disadari, as bisa saja masuk ke dalam resesi.

business cycle dating committee di national bureau of economic research menyatakan bahwa permulaan resesi bisa terjadi secara retroaktif, dengan penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang berlangsung lebih dari beberapa bulan.

meskipun tidak ada aturan pasti, faktor lain yang dianggap mempengaruhi termasuk tingkat pengangguran yang tinggi, penurunan pendapatan, penurunan besar dalam pengeluaran, atau pertumbuhan ekonomi yang negatif.

philipp carlsson-szlezak, kepala ekonom global boston consulting group, tidak memprediksi bahwa as akan masuk ke dalam resesi tahun ini.

menurutnya, tahun ini akan menjadi tahun dengan pertumbuhan yang lambat.

meski kemungkinan resesi kecil, satu hal yang dapat menyebabkan as masuk ke dalam resesi adalah jika fed tidak memangkas suku bunga sama sekali tahun ini.

ini bisa berdampak buruk pada pasar keuangan dan memicu resesi.

Tag
Share