bacakoran.co – masih akan berlanjut.
dimana pertumbuhan ekonomi global tahun ini diproyeksi melambat disebabkan tekanan , suku bunga acuan dan inflasi tinggi.
oleh karenanya, pemerintah merancang kerangka ekonomi makro dan kebijakan fiskal indonesia 2025 sesuai dengan situasi dan risiko tersebut.
"kita menyadari bahwa beberapa negara telah mengalami resesi, seperti jepang dan inggris yang baru saja mengalami resesi,” ujar presiden joko widodo (jokowi).
jokowi meminta para pembantu presiden untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi berdasarkan kondisi terkini.
ini berarti, kerangka ekonomi harus memperhitungkan dengan hati-hati untuk menghadapi gejolak dan krisis ekonomi eksternal, sambil tetap mempertahankan optimisme dan kredibilitas negara.
"perlu dilakukan penajaman fokus program pemerintah pusat dan daerah dengan menyiapkan rencana cadangan jika terjadi gejolak dan krisis," tegas jokowi.
selain itu, dia juga memerintahkan para menteri untuk terus menyusun posisi ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2025 secara berkelanjutan.
terutama sejalan dengan transformasi ekonomi yang telah berlangsung selama 10 tahun terakhir masa kepemimpinannya.
sebelumnya, gubernur bi perry warjiyo menjelaskan, keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan di angka 6 persen merupakan bagian dari fokus kebijakan moneter yang mendukung stabilitas.
tujuannya, kata perry, guna memperkuat stabilisasi rupiah dan mengambil langkah pencegahan dan melihat ke depan untuk menjaga inflasi tetap terkendali.
diketahui, target inflasi pada tahun 2024 sebesar 2,5±1 persen.
sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
kebijakan makroprudensial yang longgar terus diterapkan untuk mendorong penyaluran kredit kepada sektor usaha dan rumah tangga.
pengembangan digitalisasi sistem pembayaran, termasuk digitalisasi transaksi keuangan pemerintah pusat dan daerah, juga terus didorong untuk meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital.
perry menjelaskan bahwa kebijakan mempertahankan suku bunga acuan didasarkan pada proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik dari proyeksi sebelumnya.
namun, bi mengakui bahwa ketidakpastian di pasar keuangan masih tinggi.
"pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan sebesar 3,1 persen pada tahun 2023 dan 3,0 persen pada tahun 2024, meningkat dari proyeksi sebelumnya masing-masing sebesar 3,0 persen dan 2,8 persen," tukas perry.