Hadist tentang Prahara Besar 15 Ramadhan, Benarkah? Bagaimana Kita Menyikapinya!

Hadist tentang Prahara Besar 15 Ramadhan, Benarkah? Bagaimana Kita Menyikapinya!gbr.ilustrasi bacakoran--

BACAKORAN.CO - Bulan Ramadan yang penuh berkah telah tiba. Umat Islam di seluruh dunia menyambutnya dengan gembira dan bersyukur.
Namun, di tengah kebahagiaan ini, ada sebuah hadits yang membuat kita berpikir dan bertanya-tanya.

Hadits itu berkaitan dengan peristiwa besar yang akan terjadi pada tanggal 15 Ramadan. Apakah hadits ini benar adanya? Bagaimana kita harus memahami dan bersikap terhadapnya?

Hadits yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Telah menceritakan kepada kami, Abu Umar, dari Ibnu Luhai’ah. Ia berkata, telah menceritakan kepada kami, Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit al-Bunani, dari ayahnya, dari al-Haris al-Hamdani dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi Muhammad SAW.

Beliau (Rasulullah SAW) bersabda, "Apabila ada suara keras pada bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara pada bulan Syawal.
Kabilah-kabilah akan berselisih pada bulan Dzulqa’dah, dan akan terjadi pertumpahan darah pada bulan Dzulhijjah dan Muharram."
"Tahukah kalian apa yang akan terjadi di bulan Muharram?" tanya Nabi SAW hingga tiga kali.

BACA JUGA:6 Hari Menuju Ramadhan, Inilah 7 Tips Atur Keuanganmu Agar Tidak Boros

Hadits ini menimbulkan berbagai tafsir dan pendapat di kalangan ulama dan cendekiawan Islam.

Ada yang menganggapnya sebagai hadits palsu, ada yang menganggapnya sebagai hadits lemah, dan ada yang menganggapnya sebagai hadits shahih.

Ada yang menafsirkannya secara harfiah, ada yang menafsirkannya secara metaforis, dan ada yang menafsirkannya secara kontekstual.

Ada yang menghubungkannya dengan peristiwa masa lalu, ada yang menghubungkannya dengan peristiwa masa kini, dan ada yang menghubungkannya dengan peristiwa masa depan.

Untuk dapat memahami hadits ini dengan baik, kita perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:

1. Konteks sejarah dan budaya pada masa Rasulullah SAW.

Kita perlu mengetahui latar belakang dan situasi yang melatarbelakangi hadits ini, serta maksud dan tujuan Rasulullah SAW dalam mengucapkannya.

Kita juga perlu memperhatikan bahasa dan gaya yang digunakan dalam hadits ini, apakah bersifat literal atau figuratif, apakah bersifat umum atau khusus, apakah bersifat mutlak atau muqayyad, dan sebagainya.

BACA JUGA:Ingin Sehat dan Bugar Selama Bulan Ramadhan? Coba Konsumsi Madu Super Probiotik yang Mudah Dibuat di Rumah

Hadist tentang Prahara Besar 15 Ramadhan, Benarkah? Bagaimana Kita Menyikapinya!

djarwo

djarwo


- yang penuh berkah telah tiba. umat islam di seluruh dunia menyambutnya dengan gembira dan bersyukur.
namun, di tengah kebahagiaan ini, ada sebuah hadits yang membuat kita berpikir dan bertanya-tanya.

itu berkaitan dengan peristiwa besar yang akan terjadi pada tanggal 15 ramadan. apakah hadits ini benar adanya? bagaimana kita harus memahami dan bersikap terhadapnya?

hadits yang dimaksud adalah sebagai berikut:

telah menceritakan kepada kami, abu umar, dari ibnu luhai’ah. ia berkata, telah menceritakan kepada kami, abdul wahhab bin husain, dari muhammad bin tsabit al-bunani, dari ayahnya, dari al-haris al-hamdani dari ibnu mas’ud, dari nabi muhammad saw.

beliau () bersabda, "apabila ada suara keras pada bulan ramadhan, maka akan terjadi huru-hara pada bulan syawal.
kabilah-kabilah akan berselisih pada bulan dzulqa’dah, dan akan terjadi pertumpahan darah pada bulan dzulhijjah dan muharram."
"tahukah kalian apa yang akan terjadi di bulan muharram?" tanya nabi saw hingga tiga kali.



hadits ini menimbulkan berbagai tafsir dan pendapat di kalangan ulama dan cendekiawan islam.

ada yang menganggapnya sebagai hadits palsu, ada yang menganggapnya sebagai hadits lemah, dan ada yang menganggapnya sebagai hadits shahih.

ada yang menafsirkannya secara harfiah, ada yang menafsirkannya secara metaforis, dan ada yang menafsirkannya secara kontekstual.

ada yang menghubungkannya dengan peristiwa masa lalu, ada yang menghubungkannya dengan peristiwa masa kini, dan ada yang menghubungkannya dengan peristiwa masa depan.

untuk dapat memahami hadits ini dengan baik, kita perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:

1. konteks sejarah dan budaya pada masa rasulullah saw.

kita perlu mengetahui latar belakang dan situasi yang melatarbelakangi hadits ini, serta maksud dan tujuan rasulullah saw dalam mengucapkannya.

kita juga perlu memperhatikan bahasa dan gaya yang digunakan dalam hadits ini, apakah bersifat literal atau figuratif, apakah bersifat umum atau khusus, apakah bersifat mutlak atau muqayyad, dan sebagainya.

2. kedudukan dan kualitas hadits ini dalam ilmu hadits.

kita perlu meneliti sanad dan matan hadits ini, serta mengevaluasi derajat dan status hadits ini, apakah shahih, hasan, dhaif, atau maudhu.

kita juga perlu membandingkan hadits ini dengan hadits-hadits lain yang sejenis atau berkaitan, serta menimbang kritik dan komentar para ulama dan cendekiawan terhadap hadits ini.

3. makna dan implikasi hadits ini dalam kehidupan umat islam.

kita perlu menggali pesan dan hikmah yang terkandung dalam hadits ini, serta mengaplikasikannya dalam konteks zaman dan tempat yang berbeda.

kita juga perlu bersikap bijak dan hati-hati dalam menanggapi hadits ini, serta menghindari sikap ekstrem, seperti mengabaikan, menolak, atau mempertentangkannya tanpa alasan yang kuat, atau sebaliknya, mengagungkan, membenarkan, atau memaksakannya tanpa pertimbangan yang matang.

dari hasil telaah dan kajian yang mendalam, kita dapat menarik beberapa kesimpulan, antara lain:

1. hadits ini memiliki status yang lemah atau palsu, karena sanadnya tidak terjaga dan matannya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariat.

para ulama dan cendekiawan yang ahli dalam bidang hadits, seperti imam al-'uqaili, imam ibnu al-jauzi, imam ad-dzahabi, dan lain-lain, telah menyatakan bahwa hadits ini tidak dapat dijadikan sebagai hujjah atau dalil dalam masalah agama.

2. hadits ini memiliki makna yang metaforis atau kiasan, bukan harfiah atau nyata.

suara keras yang disebutkan dalam hadits ini bukan berarti suara yang berasal dari langit atau bumi, melainkan suara yang berasal dari hati atau jiwa manusia.

suara itu menunjukkan ketakutan, kecemasan, atau kegelisahan yang dirasakan oleh manusia karena berbagai bencana, fitnah, atau huru-hara yang terjadi di dunia.

suara itu juga menunjukkan kebutuhan, keinginan, atau harapan manusia akan kedamaian, keadilan, atau kebahagiaan yang hilang di dunia.

3. hadits ini memiliki tujuan yang edukatif atau motivatif, bukan prediktif atau informatif.

rasulullah saw tidak bermaksud untuk memberitahu atau meramalkan peristiwa yang akan terjadi pada tanggal 15 ramadan, melainkan untuk mengajak atau mengingatkan umat islam untuk selalu waspada, siaga, dan berhati-hati dalam menghadapi segala kemungkinan yang dapat terjadi di dunia.

rasulullah saw juga bermaksud untuk mengajak atau mengingatkan umat islam untuk selalu beriman, bertakwa, dan beramal shalih dalam menjalani kehidupan di dunia.

oleh karena itu, dalam menyikapi hadits ini, kita tidak perlu takut, khawatir, atau panik, apalagi sampai mengurung diri di rumah atau menghindari aktivitas yang bermanfaat.

kita juga tidak perlu percaya, mengikuti, atau menyebarkan hadits ini tanpa verifikasi dan klarifikasi yang benar. yang perlu kita lakukan adalah:

- meneladani sunnah rasulullah saw dalam bersikap optimis, positif, dan produktif dalam menghadapi segala tantangan dan cobaan yang ada di dunia.

rasulullah saw tidak pernah menyerah, putus asa, atau berhenti berjuang dalam menyebarkan dakwah dan memperbaiki masyarakat, meskipun menghadapi berbagai macam kesulitan, rintangan, dan musuh.

- berkomitmen pada kebaikan dalam berpikir, berkata, dan berbuat dalam kehidupan sehari-hari.

kebaikan adalah sumber kekuatan, keberkahan, dan keselamatan bagi diri kita sendiri dan orang lain.

kebaikan adalah jalan menuju ridha allah swt dan surga-nya. kebaikan adalah cara untuk mencegah, mengatasi, atau menghapus keburukan yang ada di dunia.

- bersyukur atas nikmat dan karunia allah swt yang telah diberikan kepada kita, khususnya nikmat iman dan islam.

syukur adalah kunci kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketenangan hati.

syukur adalah tanda penghormatan, penghargaan, dan pengakuan kepada allah swt sebagai pencipta, pemberi, dan pemelihara segala sesuatu.

- berdoa dan memohon perlindungan dan pertolongan allah swt dari segala bencana, fitnah, dan huru-hara yang dapat menimpa kita.

doa adalah senjata orang beriman, doa adalah ibadah yang paling mulia, doa adalah hubungan yang paling dekat dengan allah swt.

doa adalah ungkapan kelemahan, ketergantungan, dan kebutuhan kita kepada allah swt yang maha kuasa, maha kaya, dan maha pemberi.

demikianlah penjelasan mengenai hadits prahara 15 ramadan.

semoga bermanfaat dan menjadikan kita semakin cinta dan taat kepada allah swt dan rasul-nya.

semoga allah swt melimpahkan rahmat, maghfirah, dan taufiq-nya kepada kita semua.

semoga allah swt menjadikan kita termasuk orang-orang yang beruntung di bulan suci ramadan ini.

amin ya rabbal 'alamin.

Tag
Share