bacakoran.co

Benarkah di Singapura Ngga Muslim Friendly? Ini Pengakuan Netizen Saat Susah Untuk Sekadar Sholat

Benarkah Singapura Nggak Muslim Friendly--suara.com

Hal ini juga tercermin dalam pengalaman Hasian yang pernah mendapat perlakuan kurang mendukung dari atasan dan lingkungan sekitarnya ketika menjalankan ibadah.

Netizen yang lain berkomentar “Di inggris lebih toleran ternyata daripada singapore ya, disini mall jg ada silent room-nya yang biasa kita pake buat shalat. kalaupun dadakan, shalat diujung ruangan perpus juga aman2 aja” ungkap komentar dari @gtafrihi.

Dan netizen lain juga berkomentar  “Waktu sy kuliah & kerja di jerman, sering sholat di tangga, di ruang kosong atau di lorong sepi. Tapi mereka gak perduli. Bahkan skr banyak universitas menyediakan ruang sholat/jumatan. Bingung saya dgn SG, bertetangga dgn negara muslim, tapi masih ada islamophobia.” @unusualtrip100

Namun, meskipun menghadapi berbagai hambatan, Hasian menyampaikan rasa syukurnya atas segala perjuangan yang dilaluinya di Singapura.

BACA JUGA:QRIS BRImo Solusi Belanja Cepat dan Mudah di Singapura, Begini Caranya!

BACA JUGA:Kasus Covid-19 Kembali Meledak, Cek Syarat Terbaru Wisata ke Singapura

"Segala perjuangan yang dihadapi pas di Singapur untuk beribadah, diberi 'hadiah' oleh Allah dengan bisa tinggal di negara yang akses ibadah sangat mudah—Abu Dhabi," tulis Hasian.

Pengalaman Hasian mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kebebasan beribadah dan memastikan adanya fasilitas yang memadai bagi semua agama di setiap negara.

Hal ini tidak hanya berkaitan dengan kewajiban moral, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.

Sebagai negara multikultural yang dihuni oleh berbagai etnis dan agama, Singapura memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap warganya dapat menjalankan ibadahnya dengan nyaman dan tanpa hambatan.

Ini adalah bagian integral dari membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis, di mana setiap individu dihormati dan diakui hak-haknya.

BACA JUGA:Covid Melonjak di Singapura dan Malaysia, Bagaimana Indonesia?

BACA JUGA:Incar Piala Dunia U-20, PSSI Gandeng Singapura: Gak Pede Ya?

Dengan demikian, cerita Hasian menjadi panggilan bagi pemerintah dan masyarakat Singapura untuk terus memperbaiki dan meningkatkan aksesibilitas serta dukungan bagi umat Muslim dan komunitas agama lainnya dalam menjalankan ibadah mereka di ruang publik.

Semoga pengalaman-pengalaman seperti ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih menghargai dan memperjuangkan kebebasan beragama dan beribadah bagi semua warga negara.***

Benarkah di Singapura Ngga Muslim Friendly? Ini Pengakuan Netizen Saat Susah Untuk Sekadar Sholat

Ainun

Ainun


bacakoran.co- , sebuah negara yang dikenal akan kemegahannya dan kemajuan infrastrukturnya, ternyata menyimpan tantangan tersendiri bagi umat yang tinggal di sana.

sebuah cuitan yang viral di twitter, yang diunggah oleh , seorang warga yang telah tinggal di selama 14 tahun, mengungkapkan betapa sulitnya mencari tempat untuk beribadah, terutama untuk melaksanakan shalat.

mengakses tempat ibadah seperti mushalla sering dianggap hal biasa di sebagian besar negara muslim.

namun, bagi mereka yang berada di , hal ini menjadi perjuangan ekstra.

hasian menyoroti kekurangan akses ibadah di tempat umum, bahkan di pusat perbelanjaan mewah seperti yang terkenal, di mana tidak ditemukan satu pun mushalla atau fasilitas untuk sholat.

"saya 14 tahun hidup di sana. malah saya pernah dapet kerja dimana bosnya marah besar karena saya ," ungkap hasian dalam cuitannya.

pengalaman lain yang diungkapkan adalah ketika ia dan keluarganya digiring oleh satpam dari salah satu perpustakaan umum karena melakukan shalat di ruang kosong, yang membuat staf merasa terganggu.

kendati menghadapi berbagai kesulitan, hasian dan keluarganya tetap teguh dalam menjalankan ibadah.

mereka terbiasa mencari cara agar tidak mengganggu orang lain saat melaksanakan shalat di tempat-tempat umum, seperti di taman dengan mencari area yang sepi dan tidak mengganggu aktivitas orang lain.

pengalaman ini menunjukkan bahwa di , meskipun memiliki citra sebagai negara maju, akses untuk beribadah bagi umat muslim masih terbatas dan seringkali dianggap mengganggu.

hal ini juga tercermin dalam pengalaman hasian yang pernah mendapat perlakuan kurang mendukung dari atasan dan lingkungan sekitarnya ketika menjalankan ibadah.

netizen yang lain berkomentar “di inggris lebih toleran ternyata daripada singapore ya, disini mall jg ada silent room-nya yang biasa kita pake buat shalat. kalaupun dadakan, shalat diujung ruangan perpus juga aman2 aja” ungkap komentar dari .

dan netizen lain juga berkomentar  “waktu sy kuliah & kerja di jerman, sering sholat di tangga, di ruang kosong atau di lorong sepi. tapi mereka gak perduli. bahkan skr banyak universitas menyediakan ruang sholat/jumatan. bingung saya dgn sg, bertetangga dgn negara muslim, tapi masih ada islamophobia.”

namun, meskipun menghadapi berbagai hambatan, hasian menyampaikan rasa syukurnya atas segala perjuangan yang dilaluinya di singapura.

"segala perjuangan yang dihadapi pas di singapur untuk beribadah, diberi 'hadiah' oleh allah dengan bisa tinggal di negara yang akses ibadah sangat mudah—," tulis hasian.

pengalaman hasian mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kebebasan beribadah dan memastikan adanya fasilitas yang memadai bagi semua agama di setiap negara.

hal ini tidak hanya berkaitan dengan kewajiban moral, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.

sebagai negara multikultural yang dihuni oleh berbagai etnis dan agama, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap warganya dapat menjalankan ibadahnya dengan nyaman dan tanpa hambatan.

ini adalah bagian integral dari membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis, di mana setiap individu dihormati dan diakui hak-haknya.

dengan demikian, cerita hasian menjadi panggilan bagi pemerintah dan masyarakat untuk terus memperbaiki dan meningkatkan aksesibilitas serta dukungan bagi umat muslim dan komunitas agama lainnya dalam menjalankan ibadah mereka di ruang publik.

semoga pengalaman-pengalaman seperti ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih menghargai dan memperjuangkan kebebasan beragama dan beribadah bagi semua warga negara.***

Tag
Share