Pertama-tama, kita harus memahami bahwa menjadi ahli Al-Qur'an tidak hanya tentang seberapa sering kita membacanya atau seberapa banyak kita menghafalnya.
Lebih dari itu, menjadi ahli Al-Qur'an juga mengandalkan adab dan perilaku hidup yang sesuai dengan ajaran yang terkandung dalam kitab suci tersebut.
Dalam Al-Qur'an, yaitu surah ke-35 ayat ke-32, yang mengatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah warisan yang Allah wariskan kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih.
Berikut ada tiga golongan yang harus kita perhatikan.
1. Golongan Zalim Linafsi
3 Golongan Pembaca Al Quran, Salah Satunya Tidak Diridhoi Allah, Kok Bisa? Begini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat
Ainun
Ainun
bacakoran.co - dalam meniti perjalanan spiritual, banyak dari kita yang merasa dekat dengan .
tidak jarang kita meluangkan waktu untuk membaca, memahami, bahkan menghafal ayat-ayat suci yang terkandung di dalamnya.
namun, apakah semua orang yang rajin berinteraksi dengan al-qur'an secara otomatis mendapat ridho ?
memberikan penjelasan yang menarik mengenai hal ini.
pertama-tama, kita harus memahami bahwa menjadi ahli tidak hanya tentang seberapa sering kita membacanya atau seberapa banyak kita menghafalnya.
lebih dari itu, menjadi ahli al-qur'an juga mengandalkan adab dan perilaku hidup yang sesuai dengan ajaran yang terkandung dalam kitab suci tersebut.
dalam , yaitu surah ke-35 ayat ke-32, yang mengatakan bahwa al-qur'an itu adalah warisan yang allah wariskan kepada hamba-hamba-nya yang terpilih.
namun, justru di sini kita perlu waspada.
berikut ada tiga golongan yang harus kita perhatikan.
1. golongan zalim linafsi
golongan zalim linafsi--bumiqu.org
pertama, ada golongan zalim linafsi, yaitu orang-orang yang senang dengan al-quran namun tidak mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
mereka mungkin rajin membaca atau menghafal ayat-ayat al-quran, tetapi perilaku dan tindakan mereka tidak mencerminkan ajaran .
misalnya, seseorang yang menghafal ayat-ayat al-quran tetapi berdusta atau tidak jujur dalam kehidupan sehari-hari.
hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka memiliki pengetahuan tentang al-quran, mereka tidak menggunakan ajaran tersebut untuk memperbaiki perilaku mereka.
2. golongan muktasid
golongan muktasid--hidayatullah.com
kedua, ada golongan muktasid, yaitu orang-orang yang meninggalkan sifat zalim linafsi dan naik tingkat, tetapi belum mencapai nilai-nilai kebaikan yang signifikan.
mereka mungkin sudah mulai mempraktikkan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari, tetapi masih terbatas pada diri sendiri.
mereka dapat menjadi dalam arti bahwa mereka sering menghabiskan waktu untuk mempelajari dan menghafal al-quran.
tetapi kontribusi mereka masih terbatas pada diri sendiri dan belum terlihat secara signifikan dalam pengaruh positif kepada orang lain.
3. golongan bilhaairat golongan bilhaairat--islami.co
ketiga, ada golongan bilhaairat, yaitu orang-orang yang berhasil dalam interaksi mereka dengan al-quran dan menunjukkan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.
mereka adalah orang-orang yang tidak hanya atau mempelajari al-quran, tetapi juga mengaplikasikan ajaran-ajarannya dalam tindakan nyata.
mereka berusaha untuk menjadi lebih baik setiap hari dan berkontribusi positif kepada masyarakat sekitar mereka.
mereka tidak hanya berbicara tentang nilai-nilai islam.
tetapi juga menunjukkan dengan tindakan mereka bahwa mereka benar-benar memahami dan menerapkan ajaran al-quran dalam kehidupan sehari-hari.
namun, juga menegaskan bahwa menjadi ahli al-qur'an bukanlah tentang seberapa banyak kita hafal atau baca.
melainkan seberapa besar perubahan yang terjadi dalam diri kita.
jika seseorang hafal 30 juz al-qur'an, namun perilakunya tidak berubah, maka itu bukanlah prestasi yang sebenarnya.
kita harus ingat bahwa al-qur'an adalah petunjuk bagi kehidupan kita, bukan sekadar himpunan kata-kata yang indah.
dengan demikian, menjadi bukan hanya tentang menghafal atau membaca.
melainkan tentang meresapi makna dan mengamalkan ajaran yang terkandung di dalamnya.
itulah yang akan membuat kita mendapat ridho dan menjadi sejati dalam menjalani kehidupan sebagai hamba-nya.