bacakoran.co

Pemicu Harga Bitcoin Melorot hingga Mencapai Level Terendah dalam 2 Bulan

Harga bitcoin turun 3% hingga menyentuh level terendah dalam 2 bulan terakhir.--

Pemicu Harga Bitcoin Melorot hingga Mencapai Level Terendah dalam 2 Bulan

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – setelah mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa, mengalami kemerosotan.

di mana prospek suku bunga yang tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama (higher for longer) menjadi beban bagi harga .

harga bitcoin merosot dengan koreksi bulanan terdalam sejak kolapsnya ftx pada november 2022.

harga aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu anlok hampir 16 persen pada april 2024.

bulan sebelumnya, harga bitcoin mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, hampir mencapai us$ 74.000.

debut instrumen exchange traded fund (etf) bitcoin di hong kong gagal memberikan dorongan positif.

dilansir dari bloomberg intelligence, nilai volume perdagangan perdana di hong kong mencapai us$ 12,7 miliar.

sentimen negatif semakin bertambah setelah bank sentral amerika serikat (as) federal reserve mengisyaratkan akan menunda penurunan suku bunga acuan.

perkembangan ini menyebabkan imbal hasil (yield) obligasi meningkat.

chris weston, kepala riset pepperstone group ltd, dalam analisisnya menyatakan, kenaikan yield dianggap sebagai racun bagi emas, bitcoin, dan pasar saham.

rabu (1/5/2024) pagi waktu london, harga bitcoin turun hingga 3% dan diperdagangkan di kisaran us$58.000.

mencapai level terendah dalam 2 bulan terakhir.

sementara itu, mata uang kripto lainnya seperti ether dan dogecoin juga mencatat koreksi.

bitcoin mengalami periode halving bulan lalu, peristiwa kuartalan yang ditandai dengan penurunan pasokan. namun, penurunan pasokan ini belum mampu mendongkrak harga.

tren koreksi belakangan ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas pengambilan untung (profit taking) oleh investor yang memasuki pasar saat harga turun pada tahun 2022 dan 2023.

“serta oleh investor yang memanfaatkan kenaikan harga pada awal tahun 2024," kata matteo greco, analis fineqia international, dalam risetnya.

Tag
Share