Tegas! Turki Ancam Setop Semua Perdagangan, Israel Ketar-Ketir?
Turki yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan tegas menyatakan bakal menghentikan semua perdagangan dengan Israel hingga bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Palestina.--Anadolu Agency/antara
BACA JUGA:China Ambil Sikap Tegas, Siap Lakukan Ini Atas Aksi Israel Serang Iran
Israel dituduh melakukan genosida di wilayah Palestina.
Meski Israel dan Turki baru saja memulihkan hubungan diplomatik pada Agustus lalu, konflik di Gaza telah memicu ketegangan baru di antara keduanya.
Serta menarik perhatian dunia internasional atas situasi di Timur Tengah.
Seperti diberitakan, dibutuhkan waktu lama dan biaya yang sangat besar untuk membangun kembali Jalur Gaza, Palestina.
BACA JUGA:Begini Isi Lengkap Imbauan Pemerintah Australia bagi Warganya Menyusul Serangan Israel ke Iran
BACA JUGA:BOOM! Israel Lucurkan Rudal di Isfahan, Iran: Tidak Ada Kerusakan Besar
Di mana, diperkirakan dibutuhkan dana mencapai US$50 atau setara Rp805 triliun dan memakan waktu hampir dua dekade untuk membangun kembali Gaza.
Hal itu diungkapkan salah seorang pejabat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Abdallah al-Dardari, direktur untuk Negara-negara Arab di Program Pembangunan PBB mengatakan, biaya pembangunan tersebut meningkat secara eksponensial setiap hari selama pertempuran.
Dia juga menyatakan biaya langsung untuk menyediakan tempat penampungan sementara dan layanan dasar lainnya setelah perang berakhir setidaknya akan mencapai US$2 miliar atau Rp32 triliun.
BACA JUGA:Awal Perang Dunia ke 3 Dimulai, Israel Balas Serang ke Wilayah Iran, Rudal Hantam Wilayah Bandara!
BACA JUGA:Makin Tegang, Israel Serang Balik Iran di Kota Isfahan, Netizen: Apakah Perang Dunia III Dimulai?
Pernyataan Al-Dardari ini datang setelah laporan Program Pembangunan yang dirilis lebih awal memperingatkan bahwa Gaza bisa mengalami "generasi yang hilang".
Hal ini disebabkan oleh proyeksi penggantian fasilitas yang hancur yang menyediakan layanan kemanusiaan, seperti sekolah dan rumah sakit, juga mungkin memerlukan waktu puluhan tahun untuk kembali ke level sebelum perang.