bacakoran.co – anggaran sekolah rawan dikorupsi.
di mana, berdasarkan hasil survei penilaian integritas (spi) pendidikan, ditemukan sekitar 33 persen sekolah potensi melakukan korupsi.
dari angka tersebut, sekitar 13,39 persen sekolah menyatakan penggunaan dana bantuan operasional sekolah (bos) tidak sesuai peruntukannya.
dilansir dari instagram resmi @official.kpk, sekolah yang paling rawan terjadinya korupsi berada di wilayah sumatera utara, kalimantan tengah, dan papua.
kpk menemukan bentuk penyalahgunaan yang terjadi meliputi pemerasan/pungutan/ potongan sebesar 8,74 persen, nepotisme dalam pengadaan barang dan jasa sebesar 20,52 persen.
lalu penggelembungan biaya penggunaan dana (30,83%), dan bentuk lainnya (39,91%).
adapun hasil survei menunjukkan nilai spi pendidikan indonesia berada di angka 73,7 dari skala 1-100. deputi pendidikan dan peran serta masyarakat
kpk wawan wardiana menyatakan, angka tersebut menunjukkan indonesia masih perlu melakukan evaluasi terhadap sektor pendidikan.
tahun ini, terangnya, indeks integritas pendidikan kita berada di level 2, dengan nilai 73,7.
artinya, karakter atau perilaku integritas di peserta didik cenderung parsial dan belum diterapkan secara menyeluruh di satuan pendidikan.
meski masih jauh dari angka 100, wawan menyatakan skor tahun 2023 meningkat dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 70,4.
dalam menilai skor spi, kpk menggunakan tiga indikator utama yaitu peserta didik, ekosistem pendidikan, dan tata kelola pendidikan.
spi tahun 2023, terang wawan, masih menunjukkan kondisi yang tidak kondusif.
di mana, nilai 73,7 dari dimensi tata kelola menunjukkan perilaku yang masih koruptif.
“mulai dari gratifikasi, pungutan liar, kolusi dalam pengadaan barang dan jasa, hingga nepotisme dalam penerimaan siswa baru masih terlihat," cetusnya.
korupsi pun bisa diukur dari segi sikap.
wawan menyebutkan korupsi tindakan seperti plagiarisme, mencontek, dan kurangnya kedisiplinan siswa atau guru perlu diberantas.
"termasuk plagiarisme oleh guru atau dosen serta kurangnya kedisiplinan mengajar. banyak yang tidak hadir tanpa alasan yang jelas," pungkasnya.