Peningkatan Lansia dan Kurangnya Tenaga Kerja Membuat Pemerintah Jepang Harus Putar Otak, Ini Kebijakannya
Hari Penghormatan bagi Lansia--Agoda.com
Pada tahun 2023 jumlah pekerja Jepang yang berusia 65 tahun ke atas meningkat selama 20 tahun berturut-turut hingga mencapai rekor 9,14 juta.
Berdasarkan tren terkini, merujuk Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial, proporsi orang lanjut usia di Jepang diperkirakan akan terus meningkat, mencapai 34,8% pada tahun 2040.
Sementara itu, catatan penelitian terbaru dari Feldman dari Morgan Stanley memperkirakan bahwa berdasarkan tren demografi masa lalu.
BACA JUGA:Viral! WNI di Jepang Bergerombol Sampai Tutup Jalan bikin Warga Setempat Resah, Ada Apa Sih?
BACA JUGA:Resmi Dibuka! Beasiswa ADB-JSP Program S2 Jepang Tahun 2025, Simak Disini Syaratnya...
Total angkatan kerja dapat turun dari sekitar 69,3 juta pada tahun 2023 menjadi sekitar 49,1 juta pada tahun 2050.
Pemerintah Jepang telah menyadari kerugian ekonomi dan sosial yang dapat diakibatkan oleh tren ini dan telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.
Kantor Perdana Menteri Fumio Kishida misalnya meluncurkan kebijakan seperti menyediakan lebih banyak dana untuk membesarkan anak dan mendukung lebih banyak fasilitas penitipan anak di negara tersebut, guna meningkatkan angka kelahiran.
Pemerintah daerah bahkan telah mengambil langkah-langkah untuk mendukung aplikasi kencan publik yang ditujukan untuk mengajak orang Jepang bergaul, menikah, dan memiliki anak.
BACA JUGA:Gempa Terjadi di Jepang dengan Kekuatan 7,1 M, Peringatan Tsunami Dikeluarkan!
Namun, meningkatkan angka kelahiran tidak akan banyak membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja dalam jangka pendek.
Negeri Sakura itupun secara bertahap mulai membuka diri terhadap lebih banyak migrasi selama beberapa tahun terakhir.
Ini mencapai rekor 2 juta pekerja asing pada tahun 2024 dan mengincar hingga 800.000 lebih banyak selama lima tahun ke depan.