bacakoran.co - merayakan pergantian sering menjadi polemik di kalangan umat islam.
ada yang menganggapnya sebagai bentuk budaya yang bertentangan dengan ajaran .
sementara sebagian lainnya memandangnya sebagai momen refleksi diri.
, menyampaikan pendapat menarik terkait hal ini.
habib ja'far menjelaskan bahwa merayakan diperbolehkan dalam islam.
asalkan tidak diisi dengan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.
"tentu merayakan pergantian tahun itu oke, saya pun melakukannya. namun, sepatutnya tidak dengan hal-hal yang berisi kemaksiatan," jelasnya.
menurut habib ja'far, kemaksiatan seperti pesta pora berlebihan, mabuk-mabukan, atau melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain harus dihindari.
yang terpenting adalah menjaga niat kita agar tetap berada di jalan yang diridhoi allah.
selain itu, habib ja'far menekankan bahwa momen sebaiknya dijadikan waktu untuk merenung dan memperbaiki diri.
awali tahun dengan refleksi, apa yang kurang untuk kita perbaiki, apa yang baik untuk kita tingkatkan, dan apa yang sudah luar biasa untuk kita pertahankan.
ia juga mengingatkan bahwa ukuran keberhasilan seseorang bukanlah membandingkan diri dengan orang lain, melainkan dengan pencapaian diri sendiri.
habib mengutip sebuah hadis, "orang yang beruntung adalah yang hari esoknya lebih baik dari hari ini."
dalam pesannya, habib ja'far mengajak umat untuk tidak larut dalam ketakutan akan masa depan.
tutup tahun ini dengan doa dan syukur.
jangan terlalu khawatir dengan pertanyaan seperti, 'ya allah, tahun depan aku gimana?'
habib ja'far menekankan kita untuk fokuslah pada apa yang bisa diperbaiki dan upayakan.
merayakan tahun baru masehi bukanlah hal yang dilarang dalam islam selama dilakukan dengan cara yang sesuai syariat.
habib ja'far husein al hadar mengingatkan bahwa esensi pergantian tahun bukan pada kemeriahan, melainkan pada refleksi diri.
jadikan momen ini sebagai waktu untuk bersyukur, memperbaiki diri, dan meningkatkan kualitas hidup.
selamat menyambut tahun baru dengan penuh makna dan doa.
masehi selalu menjadi momen yang dinanti-nanti oleh banyak orang di seluruh dunia.
suasana meriah, kembang api, dan berbagai perayaan menjadi bagian tak terpisahkan dari pergantian .
namun, bagi umat islam, perayaan ini sering kali menimbulkan pertanyaan dan perdebatan mengenai hukum dan makna di baliknya.
apakah merayakan tahun baru masehi sejalan dengan ajaran islam?
atau justru bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut?
ustaz abdul somad, seorang penceramah yang dikenal luas di indonesia, memberikan pandangan yang mendalam dan menarik mengenai isu ini.
dalam penjelasannya, beliau tidak hanya membahas asal-usul , tetapi juga menyoroti pentingnya menjaga akidah dan moralitas dalam setiap tindakan kita.
dengan pendekatan yang penuh hikmah, ustaz abdul somad mengajak kita untuk merenungkan bagaimana seharusnya kita merayakan momen ini dengan cara yang lebih bermakna dan sesuai dengan ajaran islam.
mari kita telusuri lebih dalam pandangan beliau tentang hukum merayakan tahun baru masehi dalam islam.
dan bagaimana kamu bisa mengisi malam pergantian tahun dengan kegiatan yang lebih positif dan bermanfaat.
ustaz abdul somad memulai penjelasannya dengan mengisahkan tentang seorang dari romawi, yaitu kaisar julian.
ia adalah sosok yang menciptakan kalender yang kita kenal sekarang, yang terdiri dari bulan januari, februari, maret, dan seterusnya.
setiap bulan memiliki makna tersendiri, dan kalender ini kemudian dimodifikasi oleh paus gregorius di vatikan, sehingga dikenal sebagai kalender gregorian.
mengapa kalender masehi digunakan?
ustaz abdul somad menjelaskan bahwa penggunaan kalender masehi di indonesia tidak terlepas dari keanggotaan indonesia dalam perserikatan bangsa-bangsa (pbb).
pbb mengadopsi kalender gregorian, dan sebagai anggota, indonesia juga menggunakannya.
namun, beliau menekankan bahwa penggunaan kalender ini tidak bertentangan dengan ajaran islam, asalkan tidak terlibat dalam yang dilarang.
hukum merayakan tahun baru masehi
ustaz abdul somad menegaskan bahwa umat islam diperbolehkan menggunakan alat buatan non-muslim, termasuk kalender masehi.
namun, yang menjadi perhatian adalah bagaimana kita merayakannya.
jika perayaan tersebut melibatkan ritual seperti meniup terompet atau menyalakan lilin, maka hal itu sudah masuk dalam kategori yang dilarang.
beliau mengingatkan bahwa merayakan tahun baru dengan cara yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
seperti mengadakan pesta yang melibatkan minuman keras atau perilaku negatif lainnya, adalah hal yang harus ddihindari
ustaz abdul somad menekankan pentingnya menjaga akidah dan tidak terjebak dalam perayaan yang dapat merusak moral.
alternatif positif untuk merayakan tahun baru
ibadah di masjid
sebagai alternatif, ustaz abdul somad menganjurkan agar umat islam menghabiskan dengan melakukan ibadah di masjid.
jika ada acara zikir atau tabligh akbar, beliau mendorong jamaah untuk hadir dan berpartisipasi.
ini adalah cara yang lebih baik untuk mengisi waktu dan mendekatkan diri kepada allah.
meningkatkan kesadaran sosial
ustaz abdul somad juga mengingatkan pentingnya menjaga lingkungan dan masyarakat.
beliau mengajak umat islam untuk tidak hanya fokus pada perayaan, tetapi juga berkontribusi positif bagi masyarakat.
misalnya, mengajak anak muda untuk tidak terlibat dalam perilaku negatif seperti penggunaan narkoba atau tindakan kriminal lainnya.
hukum merayakan tahun baru masehi dalam islam, menurut ustaz abdul somad, adalah hal yang perlu dipahami dengan bijak.
penggunaan kalender masehi diperbolehkan, tetapi perayaan yang melibatkan ritual yang tidak sesuai dengan ajaran islam harus dihindari.
sebagai gantinya, dianjurkan untuk mengisi malam tahun baru dengan ibadah dan kegiatan positif yang dapat mendekatkan diri kepada allah.
dengan pemahaman ini, diharapkan umat islam dapat merayakan tahun baru dengan cara yang sesuai dengan ajaran agama dan tetap menjaga nilai-nilai spiritual.
mari jadikan momen ini sebagai kesempatan untuk refleksi dan perbaikan diri, serta menjaga akidah dan moralitas kita.