Menterinya Kabur Naik Mobil Saat Dikepung Pegawai Kemendikti, Demo Tetap Berlanjut

Viral Menteri Satryo Kabur Meninggalkan Kantor Menggunakan Mobil Dinas Saat Aksi Demonstrasi ASN-bacakoran.co-
BACAKORAN.CO - Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh sejumlah pegawai Kementerian Pendidikan Tinggi (Dikti), Sains, dan Teknologi menjadi viral di media sosial.
Dalam unjuk rasa tersebut, para pegawai yang mengenakan pakaian serba hitam membawa sejumlah spanduk dengan pesan tajam yang menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap kebijakan pimpinan kementerian.
Dalam video yang diunggah oleh pengguna akun X (sebelumnya Twitter) bernama Buya Eson @Emerson_Yuntho, tampak para pegawai menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya di depan kantor kementerian.
Spanduk yang dibawa mereka bertuliskan pesan-pesan protes, seperti “Institusi negara bukan perusahaan pribadi Satryo dan istri” dengan tagar #lawan #menteridzalim, serta “Kami ASN, dibayar oleh negara, bekerja untuk negara, bukan babu keluarga.”
BACA JUGA:Kronologi Lengkap Awal Mula Terjadinya Unjuk Rasa di Kemendikti, ASN Mengaku Dibentak dan Diusir
Nama Satryo dalam spanduk merujuk pada Prof. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Dikti Sains dan Teknologi.
Protes ini diduga mencerminkan ketidakpuasan terhadap kepemimpinan sang menteri, yang dalam spanduk lain juga dituduh sebagai “menteri pemarah” yang “suka main tampar dan main pecat.”
Saat aksi berlangsung, suasana memanas ketika Menteri Satryo dikabarkan meninggalkan kantor menggunakan mobil dinas.
Beberapa demonstran berusaha menghadang kendaraan menteri, namun upaya mereka gagal.
BACA JUGA:Aksi Demo Ratusan Pegawai ASN Soal Pemecatan Mendadak, Kemendiktisaintek Siap Buka Dialog Terbuka
Sang menteri berhasil keluar dari lokasi di tengah kepungan massa.
Selain spanduk, para demonstran juga memasang papan bunga bertuliskan “Luka satu adalah luka kita semua, ketidakadilan pada satu adalah ancaman bagi kita semua,” menandakan rasa solidaritas mereka terhadap rekan-rekan yang merasa diperlakukan tidak adil.