bacakoran.co

The Fed Tahan Suku Bunga saat Trump Minta Lebih Rendah, Apa Alasan Mr Powell?

The Fed memutuskan menahan suku bunga acuan di kisaran 4,25-4,50 persen pada pertemuan kebijakan pertama 2025, saat Trump inginkan suku bunga lebih rendah.--istimewa

BACAKORAN.CO – Tren pemangkasan suku bunga acuan alias Fed Rate yang terjadi selama tiga pertemuan beruntun di 2024 berakhir.

Itu setelah Bank sentral Amerika Serikat alias The Federal Reserve System (The Fed) resmi mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25-4,50 persen dalam pertemuan kebijakan pertama tahun ini.

Langkah ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena Presiden Donald Trump, yang baru kembali ke Gedung Putih, secara terbuka menginginkan suku bunga lebih rendah.

Namun, Ketua The Fed, Jerome Powell menegaskan, bank sentral tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga dan akan tetap berpegang pada data ekonomi yang berkembang.

BACA JUGA:Cadangan Devisa RI Pecahkan Rekor Sepanjang Masa, Jadi Modal Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga?

BACA JUGA:Suku Bunga Acuan Ditahan di 6 persen November 2024, Ini Penjelasan Lengkap Bos BI!

The Fed Optimis terhadap Pasar Tenaga Kerja, tapi Waspada terhadap Inflasi

Dalam pernyataan resminya, The Fed menyoroti kekuatan pasar tenaga kerja sebagai alasan untuk menahan suku bunga.

Tingkat pengangguran AS turun ke 4,1 persen pada Desember 2024, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

Namun, yang menjadi perhatian utama adalah inflasi.

BACA JUGA:Ikuti Jejak The Fed, Hong Kong Turunkan Suku Bunga Acuan, Ini Alasannya!

BACA JUGA:Usai Trump Menang Pilpres AS, Suku Bunga Acuan Kembali Dipangkas, Bos The Fed Tegaskan Ini!

Meski sebelumnya inflasi menunjukkan tanda-tanda penurunan, data terbaru justru mengindikasikan tren sebaliknya.

Inflasi tahunan AS naik ke 2,9 persen pada Desember 2024, meningkat dari bulan-bulan sebelumnya.

The Fed Tahan Suku Bunga saat Trump Minta Lebih Rendah, Apa Alasan Mr Powell?

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – tren pemangkasan alias fed rate yang terjadi selama tiga pertemuan beruntun di 2024 berakhir.

itu setelah bank sentral amerika serikat alias resmi mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25-4,50 persen dalam pertemuan kebijakan pertama tahun ini.

langkah ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena presiden donald trump, yang baru kembali ke gedung putih, secara terbuka menginginkan suku bunga lebih rendah.

namun, ketua the fed, jerome powell menegaskan, bank sentral tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga dan akan tetap berpegang pada data ekonomi yang berkembang.

the fed optimis terhadap pasar tenaga kerja, tapi waspada terhadap inflasi

dalam pernyataan resminya, the fed menyoroti kekuatan pasar tenaga kerja sebagai alasan untuk menahan suku bunga.

tingkat pengangguran as turun ke 4,1 persen pada desember 2024, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.

namun, yang menjadi perhatian utama adalah inflasi.

meski sebelumnya inflasi menunjukkan tanda-tanda penurunan, data terbaru justru mengindikasikan tren sebaliknya.

inflasi tahunan as naik ke 2,9 persen pada desember 2024, meningkat dari bulan-bulan sebelumnya.

the fed, tegas powell, membutuhkan bukti lebih lanjut bahwa inflasi benar-benar terkendali sebelum mempertimbangkan pemangkasan suku bunga.

"kami perlu melihat kemajuan nyata dalam inflasi atau tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja sebelum melakukan perubahan kebijakan," ujarnya.

the fed dan trump: ketegangan lama yang kembali memanas?

keputusan the fed ini berpotensi memperburuk hubungan antara bank sentral dan presiden trump.

seperti diketahui, trump sebelumnya sering mengkritik powell karena dianggap terlalu lamban dalam memangkas suku bunga.

dalam forum ekonomi dunia pekan lalu, trump menyatakan ia akan menekan the fed untuk menurunkan suku bunga guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

namun, powell dengan tegas menolak tekanan politik.

"kami independen, dan kami akan tetap berpegang pada data dalam menentukan kebijakan. jangan berharap kami akan melakukan hal lain," kata powell.

dampak tarif dagang trump: the fed masih tunggu dan lihat

selain tekanan terhadap kebijakan moneter, the fed juga mencermati kebijakan perdagangan trump.

presiden as tersebut telah mengumumkan rencana menaikkan tarif impor terhadap beberapa negara, termasuk meksiko dan kanada.

kenaikan tarif ini dikhawatirkan dapat mendorong inflasi lebih tinggi, yang berpotensi memperumit langkah the fed dalam menentukan suku bunga ke depan.

powell mengakui jika kebijakan tarif dagang trump masih menjadi faktor "wait and see", karena dampaknya bisa sangat luas dan belum bisa diprediksi secara pasti.

"kami tidak tahu tarif apa yang akan diterapkan, seberapa besar dampaknya, dan bagaimana efeknya terhadap ekonomi serta konsumen. untuk saat ini, kami akan terus mencermati perkembangannya," ujar powell.

Tag
Share