Perang Dagang Makin Memanas! Akhirnya China Berikan Serangan Balasan Atas Kenaikan Tarif Impor Barang AS

perang dagang antara amerika dengan china--Ekonomi Bisnis
BACAKORAN.CO - Hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia kian memanas setelah China resmi memberlakukan tarif balasan terhadap sejumlah impor dari Amerika Serikat (AS).
Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap tarif baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump.
Langkah China ini terjadi hanya beberapa jam setelah tarif tambahan sebesar 10% yang dikenakan AS terhadap seluruh impor dari China mulai berlaku pada Selasa (4/2/2025), pukul 12:01 pagi waktu setempat.
Trump sebelumnya berulang kali memperingatkan bahwa Beijing tidak cukup serius dalam menghentikan aliran obat-obatan terlarang ke AS, khususnya fentanyl, opioid mematikan yang telah memicu krisis kesehatan di Amerika.
BACA JUGA:12 Rekomendasi Drama China Tentang Perselingkuhan yang Bikin Naik Darah, Dijamin Geregetan Parah!
Sebagai tanggapan, Kementerian Keuangan China mengumumkan tarif sebesar 15% untuk batu bara dan gas alam cair (LNG) asal AS, serta tarif 10% terhadap minyak mentah, peralatan pertanian, dan beberapa jenis kendaraan.
Selain itu, Beijing juga mulai melakukan investigasi anti-monopoli terhadap Google, perusahaan induk Alphabet Inc.
Serta memasukkan PVH Corp-pemilik merek Calvin Klein-dan perusahaan bioteknologi AS, Illumina, ke dalam daftar entitas yang tidak dapat dipercaya.
Di saat yang sama, China memperketat kontrol ekspor atas sejumlah logam tanah jarang dan mineral penting lainnya yang sangat dibutuhkan untuk teknologi tinggi dan transisi energi bersih.
BACA JUGA:16 Rekomendasi Drama China Genre Romance-profesi yang Bikin Baper, Fix Melting Abis, Nonton Kuy!
Dalam konferensi pers pada Senin, ia mengancam akan menaikkan tarif lebih lanjut jika Beijing tidak menghentikan ekspor fentanyl ke AS.
"China, semoga saja, akan berhenti mengirim fentanyl ke AS. Jika tidak, tarif akan naik secara signifikan," kata Trump.
Sementara itu, China bersikeras bahwa masalah fentanyl adalah masalah domestik AS, dan berencana menggugat kebijakan tarif AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Serta mengambil tindakan balasan lainnya. Namun, Beijing juga menyatakan masih membuka pintu untuk negosiasi.