bacakoran.co

Rupiah Terkapar ke Rp 17 Ribu! Ekonom Sebut Ada Ancaman Serius, Bisa Jadi Bom Waktu Ekonomi Indonesia

Rupiah terkapar ke Rp 17 ribu, ekonom sebut ada ancaman serius--

BACAKORAN.CO - Nilai tukar Rupiah makin nggak stabil!

Di awal April 2025 ini, Rupiah sempat melemah parah dan nyentuh angka Rp17.200 per Dolar AS.

Bukan cuma bikin panik para pelaku pasar, kondisi ini juga bikin ekonom dan pengamat keuangan angkat suara.

Mereka menyebut situasi ini bukan sekadar angka naik-turun biasa, tapi bisa jadi bom waktu yang siap meledak kapan aja!

BACA JUGA:Indonesia Ajukan Proposal Negosiasi Tarif Impor dengan AS, Imbas Trump Kenakan Tarif 32%, Berikut Tawarannya

BACA JUGA:Indonesia Gelap! Badai PHK Bakal Terjang Indonesia Imbas Kebijakan Tarif Trump, Segini Perkiraannya

Salah satu yang bersuara adalah Achmad Nur Hidayat, seorang Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Menurutnya, ancaman sebenarnya bukan cuma karena nilai tukar Rupiah yang jeblok, tapi lebih kepada fundamental ekonomi kita yang lagi rapuh.

“Depresiasi tajam Rupiah itu jadi pemicu awal. Tapi efek dominonya jauh lebih serem. Karena setiap Rupiah melemah, utang kita otomatis jadi makin bengkak dalam mata uang lokal,” ungkap Achmad.

Lebih lanjut, Achmad menjelaskan bahwa beban utang Indonesia, baik dari pemerintah maupun sektor swasta makin berat.

BACA JUGA:Tarif Dagang AS Naik 32 Persen, Indonesia Nggak Tinggal Diam! Ini Strategi Airlangga Biar Ekonomi Tetap Aman

BACA JUGA:China Tak Mau Kalah! Balas Trump dengan Tarif Impor ke AS hingga 34 Persen, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Pemerintah harus bayar bunga dan pokok utang yang makin gede, dan itu pastinya berdampak langsung ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Di sisi lain, perusahaan-perusahaan swasta juga makin susah ngitung untung karena laba mereka tergerus oleh beban utang yang naik gara-gara pelemahan Rupiah.

Rupiah Terkapar ke Rp 17 Ribu! Ekonom Sebut Ada Ancaman Serius, Bisa Jadi Bom Waktu Ekonomi Indonesia

Melly

Melly


bacakoran.co - nilai tukar rupiah makin nggak stabil!

di awal april 2025 ini, rupiah sempat melemah parah dan nyentuh angka rp17.200 per dolar as.

bukan cuma bikin panik para pelaku pasar, kondisi ini juga bikin ekonom dan pengamat keuangan angkat suara.

mereka menyebut situasi ini bukan sekadar angka naik-turun biasa, tapi bisa jadi bom waktu yang siap meledak kapan aja!

salah satu yang bersuara adalah achmad nur hidayat, seorang ekonom sekaligus pakar kebijakan publik dari universitas pembangunan nasional veteran jakarta.

menurutnya, sebenarnya bukan cuma karena nilai tukar rupiah yang jeblok, tapi lebih kepada fundamental ekonomi kita yang lagi rapuh.

“depresiasi tajam rupiah itu jadi pemicu awal. tapi efek dominonya jauh lebih serem. karena setiap rupiah melemah, utang kita otomatis jadi makin bengkak dalam mata uang lokal,” ungkap achmad.

lebih lanjut, achmad menjelaskan bahwa beban utang indonesia, baik dari pemerintah maupun sektor swasta makin berat.

harus bayar bunga dan pokok utang yang makin gede, dan itu pastinya berdampak langsung ke anggaran pendapatan dan belanja negara (apbn).

di sisi lain, perusahaan-perusahaan swasta juga makin susah ngitung untung karena laba mereka tergerus oleh beban utang yang naik gara-gara pelemahan rupiah.

“ini bukan cuma risiko di atas kertas, tapi realitas pahit yang sekarang udah mulai kelihatan dampaknya. banyak pihak yang mulai megap-megap karena likuiditas makin ketat dan solvabilitas makin rapuh,” tambahnya.

salah satu langkah yang diambil bank indonesia untuk jaga stabilitas rupiah adalah menahan suku bunga acuan di angka tinggi, yakni 5,75 persen sejak november 2024.

tapi, menurut achmad, kebijakan ini juga punya efek samping yang nggak kalah berat.

“kebijakan suku bunga tinggi mungkin bisa tahan rupiah biar nggak anjlok lebih dalam. tapi ini juga bikin ekonomi dalam negeri makin tersedak. modal asing mungkin masuk, tapi pelaku usaha lokal malah tertekan,” katanya.

jadi, kebijakan moneter seperti ini memang dilematis. di satu sisi bisa meredam depresiasi, tapi di sisi lain bisa memperlambat roda ekonomi.

menurut achmad, bi sebagai bank sentral memang punya independensi dalam mengambil keputusan, tapi efektivitas strategi itu harus dilihat dari hasilnya, apakah mampu menekan depresiasi atau malah memperparah situasi.

achmad menegaskan, kalau kondisi ini dibiarkan, indonesia bisa masuk ke situasi yang jauh lebih serius.

apalagi sebagian besar utang luar negeri (uln) kita dalam bentuk valuta asing, sementara pemasukan mayoritas masih dalam rupiah.

ini adalah resep klasik menuju krisis kalau nggak segera diantisipasi.

jadi, melemahnya rupiah bukan sekadar kabar buruk sesaat, tapi bisa jadi sinyal awal masalah besar.

saatnya semua pihak waspada dan bergerak cepat sebelum terlambat!

Tag
Share