bacakoran.co - , budi gunadi sadikin, menuai kecaman keras setelah mengusulkan peningkatan keterampilan tukang gigi sebagai solusi kekurangan dokter gigi.
usulan ini terungkap dalam wawancara yang diunggah akun x @indra_kencana, dan menjadi viral setelah dikomentari oleh @sondehalfmoon_ pada pukul 23:28 utc di hari yang sama.
postingan tersebut langsung memicu reaksi panas dari netizen, terutama kalangan dokter gigi, yang menilai usulan menkes tidak masuk akal.
hal ini berlandas dari pernyataan budi yang menyebut tampak seolah memilih tukang gigi dibanding dokter gigi.
“saya lagi ngomong sama kedokteran gigi. ternyata dokter gigi di sekolahnya mahal, sekolahnya susah. maka kami lobi supaya lebih banyak lagi. kalau nggak mendidik tukang gigi agar bisa ditingkatkan skill-nya.” pernyataan ini dikutip postingan @sondehalfmoon_.
setelah mengetahui pernyataan budi, ia memposting dengan nada sarkastik, “bangke, capek2 edukasi masyarakat spy jangan ke tukang gigi, menkesnya sendiri malah begini????????????????????????????????????????,” sembari menyertakan tangkapan layar wawancara tersebut.
unggahan ini pun langsung ramai, dengan 3,6 ribu likes dan ratusan komentar pada saat berita ini dibuat.
netizen, terutama dari kalangan medis, meluapkan kekesalan mereka.
@bedastatus: “padahal lulusan drg sekarang juga udah banyak banget, tinggal masalah pemerataannya. balik lagi ini masalah pemerintah. bukannya bantu nyediakan akses fasilitas dan keamanan sampai ke daerah, malah mau ningkatin skill tukang gigi. aneh memang menkes yg bukan dari kesehatan.”
@sondehalfmoon_: “pdhl masih ada opsi perawat gigi, beliau malah milih tukang gigi, hebat”
@hikari: “kaya gatau org disana itu menimbang hal2 kaya gitu tuh sekedar transaksional aja sih min. gak jarang jauh dari fakta sains. intinya kalo ada opsi yg lbh murah, itu yg mereka tempuh jalurnya”
@opstruepromise: “asyik besok patah tulang ke sangkal putung rujukannya wkwkwkwk”
@yovst1: ““karena pilot jarang, makanya sopir travel harus dilatih nerbangin pesawat.” hadehh cape bgt sm si budi. bukannya benerin sistem, malah nyuruh orang lain nerima alternatif yang gak aman.”
@deezpushydo: “pantes banyak influenser ngerangkap jadi menteri, pola pikirnya begitu ternyata wkwkwk”
baru-baru ini juga menkes viral dan kabarnya siap membongkat alur obat bius dalam kasus kekerasan seksual dokter ppds unpad, berikut informasi selengkapnya.
kasus yang dilakukan oleh seorang (ppds) di rs hasan sadikin (rshs) bandung bikin heboh publik.
gimana nggak, pelaku diduga menggunakan rumah sakit untuk melancarkan aksinya ke keluarga pasien icu.
menyikapi hal ini, menteri kesehatan ri, budi gunadi sadikin langsung turun tangan.
menkes memastikan, pihaknya saat ini sedang menelusuri aliran obat bius yang digunakan pelaku.
apalagi, pelaku merupakan dokter muda ppds anestesi fakultas kedokteran universitas padjadjaran (unpad) yang sedang menjalani masa pendidikan di rshs.
“obat bius itu seharusnya nggak sembarang orang bisa ambil, apalagi anak didik. yang boleh ambil itu cuma konsulennya,” tegas menkes saat menghadiri pelantikan pengurus pb idi periode 2025–2028 di jakarta, sabtu (12/4/2025).
budi menyoroti kenapa bisa sampai ada anak didik yang bisa pegang obat sekelas anestesi.
“kita lagi cari tahu, bolongnya di mana. kok bisa turun ke bawah? harusnya kan yang pegang itu gurunya, bukan muridnya,” sambungnya.
atas insiden ini, kemenkes pun membekukan sementara program residensi ppds anestesiologi dan terapi intensif unpad di rshs bandung selama sebulan ke depan.
langkah ini dilakukan supaya proses evaluasi dan pembenahan bisa berjalan optimal.
“selama sebulan ke depan, kami akan review semua aspek baik dari sisi pendidikan maupun pelayanan rumah sakit yang melibatkan ppds,” ungkap budi.
ia juga menjelaskan bahwa kasus ini cukup rumit karena menyangkut dua lembaga besar: kementerian kesehatan dan institusi pendidikan.
“kalau yang pelakunya pegawai kita, gampang, bisa langsung ditindak. tapi ini murid fakultas kedokteran yang belajar di rumah sakit kita. jadi perlu kerja sama dua pihak,” jelasnya.
menurut budi, sering kali saat muncul masalah seperti ini, kampus dan rumah sakit malah saling lempar tanggung jawab.
karena itu, ia berencana bertemu langsung dengan rektor unpad untuk menyelesaikan persoalan ini secara tuntas.
“saya akan ngobrol langsung sama rektor unpad minggu ini. kita harus duduk bareng dan cari akar masalahnya. apakah sop-nya sudah benar? atau justru ada celah yang dimanfaatkan?” katanya.
ia menekankan, evaluasi harus dilakukan dari hulu ke hilir mulai dari sistem pengawasan obat hingga tata kelola pendidikan kedokteran di rumah sakit.
meskipun program residensi di rshs dibekukan, budi memastikan bahwa proses belajar para ppds tetap bisa berjalan.
“belajar nggak harus di satu rumah sakit. mereka bisa pindah dulu ke rumah sakit lain. tapi rshs kita evaluasi dulu sampai tuntas,” tuturnya.
langkah ini dilakukan agar kejadian serupa nggak terulang dan sistem pengawasan rumah sakit bisa lebih ketat.
“saya butuh waktu satu bulan untuk benar-benar mengecek semua celah. nanti baru bisa kita ambil tindakan tegas,” pungkasnya.