Emak-Emak Serbu Rutan Cipinang: Sambut Tom Lembong Bebas dengan Yel-Yel & Spanduk THXWO!
Emak-emak pendukung Tom Lembong menyambut kebebasan sang mantan menteri dengan penuh haru di Lapas Cipinang. --Ig-cnnindonesia
BACA JUGA:Pengacara Tom Lembong: Divonis Satu Hari Pun (Tetap) Akan Banding!
BACA JUGA:Vonis 4,5 Tahun Tom Lembong: IAW Ungkap Pelanggaran Impor Gula yang Lebih Besar, Kejagung Dikritik
Bagi para pendukung, termasuk emak-emak, langkah ini dianggap sebagai bentuk keberanian dalam memperbaiki sistem hukum yang dinilai menyimpang.
Mereka menyebut keputusan tersebut sebagai gebrakan yang ditunggu rakyat dan simbol bahwa keadilan masih bisa ditegakkan.
Namun, di balik euforia, muncul pula pertanyaan kritis dari masyarakat luas: apakah abolisi ini akan menjadi preseden yang baik atau justru membuka celah bagi impunitas?
Di tengah sorotan publik terhadap kasus korupsi, keputusan ini menjadi bahan diskusi hangat di berbagai kalangan.
BACA JUGA:iPad & MacBook Tom Lembong Diminta Dikembalikan Hakim: Ini Alasannya!
BACA JUGA:Tom Lembong Divonis 4,5 Tahun Penjara, Anies Baswedan Sampaikan 4 Pernyataan yang Emosional
Emak-Emak: “Ras Terkuat di Bumi”
Salah satu momen paling menarik adalah ketika kelompok emak-emak membentuk barikade manusia di depan gerbang rutan, bahkan membuat aparat dan awak media kesulitan mengakses lokasi konferensi pers.
Aksi mereka memicu celetukan dari seorang jurnalis, “Ras terkuat di bumi, jangan dilawan," yang kemudian viral di media sosial sebagai simbol kekuatan perempuan dalam perjuangan sosial.
Momen pembebasan Tom Lembong dari Rutan Cipinang bukan sekadar peristiwa hukum ia telah menjelma menjadi simbol solidaritas rakyat, terutama dari kalangan emak-emak yang tak henti menunjukkan dukungan luar biasa.
BACA JUGA:Terungkap! Peran Tom Lembong dalam Kasus Korupsi Impor Gula dan Dituntut 7 Tahun Penjara
Dengan kaus bertuliskan “THX WO!” dan spanduk “Pak Tom Welcome Home”, mereka hadir bukan hanya sebagai pendukung, tetapi sebagai suara keadilan yang menggema di tengah hiruk-pikuk politik.
Kisah ini menjadi pengingat bahwa demokrasi hidup dari partisipasi aktif warganya.