Kasus Keracunan Program MBG, Penyebab, Fakta, dan Tanggapan Pemerintah Jawa Barat!
Keracunan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bandung Barat gegerkan masyarakat setelah ratusan siswa mengalami gejala mual, muntah, hingga kejang usai menyantap makanan sekolah.--Ig-sukabumitoday
BACAKORAN.CO - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah kembali menjadi sorotan setelah kasus keracunan massal terjadi di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat.
Insiden ini menimpa siswa dari beberapa sekolah, antara lain SMK Karya Perjuangan, SMP Ciparai, dan TK Nurul Saadah.
Melansir dari video instagram @sukabumitoday, Peristiwa tersebut menimbulkan keprihatinan besar karena ratusan siswa harus mendapatkan perawatan akibat gejala serius setelah menyantap makanan dari program tersebut.
Ratusan Siswa Jatuh Sakit
BACA JUGA:Siswa Korban MBG di Bandung Barat Capai 1000 Orang Lebih, Netizen: Sampai Kapan Begini Terus?
Data terbaru mencatat 411 siswa jatuh sakit pada 22 September 2025 dan 220 siswa kembali mengalami hal serupa pada 24 September 2025.
Para korban mengalami gejala yang identik dengan keracunan makanan, seperti sakit kepala, mual, muntah, diare, sesak napas, hingga kejang.
Kondisi ini membuat para orang tua, guru, serta pihak sekolah panik dan langsung membawa siswa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan darurat.
Penyebab Keracunan Menurut BGN
BACA JUGA:Banyak Kasus Keracunan, DPRD Palembang Desak Program MBG Dialihkan ke Bantuan Tunai
BACA JUGA:Marak Kasus Keracunan, Cak Imin Ungkap Tidak akan Stop Program MBG!
Badan Gizi Nasional (BGN) melalui Kepala BGN Dadan Hindayana menjelaskan bahwa penyebab utama keracunan berasal dari kesalahan dalam proses memasak dan distribusi makanan.
Tim penyedia program (SPPG) diketahui memasak terlalu dini sehingga makanan tersimpan terlalu lama sebelum dibagikan ke siswa.
Padahal, standar penyajian makanan sehat hanya memperbolehkan maksimal empat jam dari proses memasak hingga makanan dikonsumsi.
Kondisi penyimpanan yang tidak tepat membuat makanan rentan terkontaminasi bakteri berbahaya, sehingga meningkatkan risiko keracunan.