Hamas Atur Harga dan Pajak di Gaza? Laporan Reuters Ungkap Fakta Mengejutkan
Hamas atur harga dan pajak di Gaza? laporan reuters ungkap fakta mengejutkan-Ilustrasi -
BACA JUGA:Jaksa Gadungan Bersenpi di Pamulang Ditangkap: Modus ‘Bintang Satu’ Rugikan Korban hingga Rp310 Juta
Para pedagang mengaku takut menerima denda atau hukuman apabila menjual barang dengan harga yang dianggap terlalu tinggi.
Menanggapi laporan tersebut, Kepala Kantor Media Pemerintahan Hamas, Ismail Al-Tawabta, menyatakan bahwa informasi mengenai pajak rokok dan bahan bakar tidak akurat.
Ia menegaskan bahwa Hamas tidak menaikkan pajak apa pun.
Menurutnya, kegiatan administratif yang dilakukan Hamas bertujuan untuk menjaga stabilitas selama masa transisi sambil melakukan “upaya keras” mengendalikan harga dan mencegah kekacauan di Gaza.
BACA JUGA:Aksi Bikin Geram, PBNU Desak Gus Elham Segera Ditindak: Dakwah Apa itu? Merusak!
Ia juga kembali menegaskan bahwa Hamas siap menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan teknokratis baru jika rencana transisi resmi ditetapkan.
“Tujuan kami adalah memastikan proses transisi berjalan lancar,” ujar Al-Tawabta.
Rencana perdamaian yang didorong oleh Presiden Donald Trump mencakup pembentukan pemerintahan sementara, perlucutan senjata Hamas, pengerahan pasukan keamanan internasional, hingga rekonstruksi besar-besaran di Gaza.
Namun, proses untuk mewujudkan semua itu masih tertunda dan belum menemui titik terang.
BACA JUGA:5 Jam Diperiksa! Wagub Bangka Belitung Hellyana Terseret Kasus Ijazah Bermasalah
Sikap Hamas yang tampak semakin mempertahankan kekuasaan membuat pihak internasional ragu apakah kelompok tersebut benar-benar mau melepaskan peran politik dan militernya.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS bahkan menyatakan bahwa perkembangan terbaru di Gaza menjadi bukti mengapa Hamas “tidak bisa dan tidak akan” kembali memerintah Gaza.
Disebutkan pula bahwa pemerintahan baru di Gaza hanya dapat terbentuk jika rencana Trump telah disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dengan dinamika politik yang terus berubah, masa depan Jalur Gaza masih penuh tanda tanya.