bacakoran.co

Stop Membentak Anak! Ini Tips Parenting Sehat dari dr. Aisah Dahlan

Tips Parenting Sehat dari dr. Aisah Dahlan--Freepik.com

BACAKORAN.CO — Sebagai orang tua, mungkin pernah ada momen ketika emosi memuncak hingga berujung pada bentakan atau kemarahan terhadap anak.

Situasi ini sering dianggap wajar dalam proses mendidik, bahkan sebagian orang tua meyakini bahwa marah atau membentak adalah bagian dari disiplin.

Namun, pandangan tersebut ternyata keliru jika dilihat dari sisi neurosains.

Menurut pakar neurosains sekaligus konsultan keluarga, dr. Aisah Dahlan, kebiasaan marah-marah, membentak, mencubit, atau bahkan memukul anak tidak hanya melukai hati mereka, tetapi juga dapat merusak otak secara nyata.

Dalam penjelasannya, dr. Aisah menegaskan bahwa kemarahan orang tua berdampak langsung pada struktur saraf anak dan berpengaruh besar terhadap kesehatan mental mereka di masa depan.

Pentingnya Healing Setelah Membentak Anak

BACA JUGA:Tips Parenting Hadapi Anak Sering Memukul dan Menggigit Tanpa Kekerasan, Orang Tua Wajib Tahu Cara Hadapinya!

BACA JUGA:Jangan Asal! 7 Cara Parenting Anak Menjadi Baik, Sholeh dan Nurut, Ortu Zaman Now Wajib Praktikkan Nih..

Bagi orang tua yang pernah membentak anak, dr. Aisah menyarankan agar segera melakukan proses healing. Hal ini penting agar luka emosional yang ditimbulkan tidak menjadi “bom waktu” yang bisa meledak di kemudian hari.

Ia menekankan bahwa hati anak tetap bisa dipulihkan meski sudah terlanjur dimarahi, asalkan orang tua mau mengambil langkah yang tepat.

Namun, ada satu syarat utama sebelum proses healing dilakukan.

“Bagaimana kita mau healing anak kalau bapak ibunya masih marah terus? Berhenti dulu marahnya,” tegas dr. Aisah dikutip dari YouTube Pecinta dr. Aisah Dahlan, Selasa (18/11/2025).

Artinya, orang tua harus terlebih dahulu menenangkan diri dan mengendalikan emosinya. Setelah itu, barulah mereka bisa melakukan langkah-langkah untuk menyembuhkan luka emosional anak.

Langkah-Langkah Healing Anak Menurut dr. Aisah Dahlan

BACA JUGA:Hububnan Otak dengan Perilaku Anak! Strategi Parenting dari dr Aisah Dahlan yang Wajib Diketahui Orang Tua

BACA JUGA:Moms Harus Tau, Cara Tepat Menerapkan Helicopter Parenting Dalam Mengasuh Anak

Stop Membentak Anak! Ini Tips Parenting Sehat dari dr. Aisah Dahlan

Rida Satriani

Rida Satriani


bacakoran.co — sebagai orang tua, mungkin pernah ada momen ketika emosi memuncak hingga berujung pada bentakan atau kemarahan terhadap anak.

situasi ini sering dianggap wajar dalam proses mendidik, bahkan sebagian orang tua meyakini bahwa marah atau membentak adalah bagian dari disiplin.

namun, pandangan tersebut ternyata keliru jika dilihat dari sisi neurosains.

menurut pakar neurosains sekaligus konsultan keluarga, dr. aisah dahlan, kebiasaan marah-marah, membentak, mencubit, atau bahkan memukul anak tidak hanya melukai hati mereka, tetapi juga dapat merusak otak secara nyata.

dalam penjelasannya, dr. aisah menegaskan bahwa kemarahan orang tua berdampak langsung pada struktur saraf anak dan berpengaruh besar terhadap kesehatan mental mereka di masa depan.

pentingnya healing setelah membentak anak

bagi orang tua yang pernah membentak anak, dr. aisah menyarankan agar segera melakukan proses healing. hal ini penting agar luka emosional yang ditimbulkan tidak menjadi “bom waktu” yang bisa meledak di kemudian hari.

ia menekankan bahwa hati anak tetap bisa dipulihkan meski sudah terlanjur dimarahi, asalkan orang tua mau mengambil langkah yang tepat.

namun, ada satu syarat utama sebelum proses healing dilakukan.

“bagaimana kita mau healing anak kalau bapak ibunya masih marah terus? berhenti dulu marahnya,” tegas dr. aisah dikutip dari youtube pecinta dr. aisah dahlan, selasa (18/11/2025).

artinya, orang tua harus terlebih dahulu menenangkan diri dan mengendalikan emosinya. setelah itu, barulah mereka bisa melakukan langkah-langkah untuk menyembuhkan luka emosional anak.

langkah-langkah healing anak menurut dr. aisah dahlan

1. minta maaf secara spesifik

permintaan maaf tidak boleh dilakukan secara umum atau sekadar basa-basi. orang tua harus memanggil anak dan menyebutkan peristiwa spesifik yang terjadi.

contoh:

“minggu lalu bunda teriak karena kamu loncat-loncat di tempat tidur.”

dengan menyebutkan peristiwa tertentu, anak akan lebih mudah mengingat konteksnya.

hal ini membantu mereka memahami bahwa orang tua benar-benar menyadari kesalahan yang dilakukan.

2. perhatikan respons anak

respons anak menjadi indikator seberapa dalam luka emosional yang mereka rasakan. jika anak menjawab, “nggak apa-apa,” biasanya memorinya tidak terlalu kuat.

namun, jika anak berkata, “aku nggak suka ibu marah-marah kemarin,”

itu berarti memori tersebut terekam dalam dan membutuhkan perhatian lebih dari orang tua.

3. jelaskan kenapa orang tua bisa marah

langkah berikutnya adalah memberikan penjelasan yang jujur tanpa menyalahkan anak.

“perdalam lagi. ceritakan kenapa waktu itu kita begitu,” kata dr. aisah.

penjelasan ini membantu anak memberi makna baru pada memori buruk.

dengan begitu, luka emosional bisa sembuh secara lebih sehat.

proses inilah yang disebut healing.

mengapa orang tua mudah marah?

dr. aisah menjelaskan bahwa akar masalah kemarahan orang tua sering kali bukan karena anak nakal, melainkan karena kehidupan orang tua sendiri yang berantakan.

ketika orang tua tidak memiliki perencanaan yang jelas, emosi menjadi lebih mudah meledak.

ia menyarankan agar orang tua membuat perencanaan harian setiap malam, termasuk daftar prioritas seperti:

  • suami
  • anak
  • urusan rumah lainnya

dengan hidup yang lebih terorganisir, emosi akan lebih stabil dan reaksi marah bisa diminimalkan.

Tag
Share