Fenomena alam El Nino telah menjadi sorotan utama dalam beberapa tahun terakhir, dan dampaknya tak hanya terasa pada lingkungan, tetapi juga pada kesehatan masyarakat.
Salah satu penyakit yang semakin menjadi perhatian adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) atau dikenal juga sebagai infeksi dengue.
Fenomena El Nino memicu kondisi yang menguntungkan bagi nyamuk Aedes, pembawa virus DBD, untuk berkembang biak lebih cepat.
Dalam artikel BACAKORAN.CO ini, kami akan menggali lebih dalam tentang masalah ini dan bagaimana Indonesia berjuang menghadapi ancaman serius ini.
BACA JUGA:El Nino! Tantangan Berat, Pangdam II Sriwijaya?
El Nino dan Peningkatan Kasus DBD
Fenomena El Nino adalah peristiwa alam yang menghasilkan pemanasan suhu muka laut di atas rata-rata normal di Samudera Pasifik bagian tengah.
Salah satu efeknya adalah peningkatan suhu, yang berkontribusi pada perkembangan nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor penyakit DBD.
Suhu yang lebih tinggi membuat kondisi menjadi lebih menguntungkan bagi nyamuk untuk berkembang biak dan menularkan virus DBD kepada manusia.
Selama beberapa tahun terakhir, El Nino telah menjadi lebih sering dan lebih intens, mengakibatkan perubahan iklim yang signifikan di berbagai belahan dunia.
Ini memengaruhi siklus penyakit menular seperti DBD, yang menjadi semakin sulit diatasi. Oleh karena itu, perlu upaya serius untuk menghadapi masalah ini.
BACA JUGA:Melawan El Nino, Mentan SYL Siapkan Benih Tahan Kekeringan
Statistik DBD di Indonesia
Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia hingga minggu ke-33 tahun 2023, terdapat 57.884 kasus DBD yang tercatat sepanjang tahun tersebut.
Angka kematian yang mencapai 422 kasus menunjukkan bahwa penyakit ini bukan hanya menjadi ancaman kesehatan masyarakat, tetapi juga mengancam nyawa.